[Gambar Ilustrasi : Int]
Kota besar selalu dipenuhi dengan dinamika masyarakat. Mulai dari masyarakatnya, permasalahan transportasi, penanganan sampah tiada akhir, kriminalitas terjadi di mana-mana, hingga manusia tak lagi peduli satu sama lain. Pun dengan Makassar yang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia, memiliki segudang masalah yang hingga kini masih mencari jalan keluar dari setiap permasalahan.
Berbagai masalah yang ada timbul dari manusia itu sendiri, mari menilik sebentar arti dari Makassar, sehingga manusia dapat memaknai tempat tinggalnya. Makassar berasal dari kata “Mangkasarak” yang artinya sesuatu yang memiliki sifat ‘besar’ dalam segala hal. Kata John A.F. Schut dalam De Volken van Nederlandsch lndie, orang Makassar itu selalu berada dalam ketenangan menerima apa yang baik dan indah.
Dari pemaknaan itulah, masyarakat Makassar sebenarnya mampu menghadapi masalah karena sifatnya yang besar dan tenang. Pemecahan suatu masalah baiknya diselesaikan dari akarnya, pemasalah di Kota Makassar banyak muncul dari lorong. Danny Pomanto, Walikota Makassar mengatakan lorong adalah sel inti dari sebuah kota, membenahinya berarti membenahi kota. Dewasa ini, Pemerintah Kota Makassar telah mengupayakan program untuk membenahi lorong seperti Lorong Garden.
Program unggulan ini melibatkan semua stakeholder. Masyarakat yang sebagai subjek sekaligus objek pembangunan diajak bersama pemerintah untuk membenahi lorong.. Tak hanya indah, namun bermanfaat khususnya bagi penghuni lorong tersebut. Penambahan kata “garden” berarti kebun, kembali membuat masyarakat berupaya membuat lorong yang tadinya dikenal sebagai sumber kejahatan seakan disulap menjadi lorong multifungsi. Selain memberikan udara bersih juga memberikan pemandangan yang apik.
Sudah banyak lorong di Makassar sudah tersentuh dengan program ini dan memberi manfaat yang besar kepada masyarakat. Sayangnya masih ada juga lorong yang belum menerapkan program ini. Entah itu, karena kurang peduli ataukah sosialisasi program ini belum tersampaikan dengan baik kepada masyarakatnya.
Mari melihat contoh lorong di kampung dari beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Malang, Blitar dan Depok yang menerapkan kampung 3D. Kampung 3D menghias lorongnya dengan mural karya seniman. Mural sendiri adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding, langit-langit ataupun bidang datar, dan lukisan itu dibuat menjadi seolah nyata. Bisa berupa bentuk beraneka macam gambar yang dapat menarik masyarakat untuk berswafoto.
Alangkah indahnya jika program Lorong Garden yang diupayakan pemerintah dipadukan dengan lorong 3D. Selain menciptakan lorong yang hijau juga dihasilkan lorong yang bernilai kesenian yang tinggi. Melihat saat ini, banyak pemuda Makassar yang menekuni bidang kesenian dan dapat menghasilkan karya yang bagus untuk masyarakat.
Adanya Lorong Garden 3D ini bisa dijadikan objek wisata bagi Kota Makassar, sehingga membuat Makassar semakin dapat mewujudkan cita-cita besarnya menjadi kota dunia. Dengan memanfaatkan lorong, para stakeholder yang ada serta dukungan dari pemerintah. Makassar yang dianggap keras bagi sebagian orang bisa mengembalikan makna dari pemberian nama Makassar itu sendiri yaitu orang Makassar menerima segala sesuatu yang indah. Menerapkan era kekinian, namun tidak meninggalkan kearifan lokal dari masyarakat Makassar sendiri.
Penulis, Asmaul Husna Yasin. Tulisan ini merupakan karya esai yang dilombakan pada kegiatan Makassar Literasi Award