Menimbang “Pendamping” Danny Pomanto


Danny Pomanto

Oleh : Ahmad Sangkala*

MakassarBicara.com-Memilih pasangan dalam rumah berumah tangga memang rumit. Namun tak kalah rumitnya jika memilih pasangan untuk maju sebagai kepala daerah. Walaupun waktunya tak seumur hidup, namun pasangan ini harus mengurusi puluhan sampai ratusan ribu nasib masyarakat daerah yang akan dipimpinnya. Sehingga, seperti untuk hubungan rumah tangga, butuh kesamaan visi untuk bisa berpasangan. Selain kesamaan visi, pasangan dalam pilkada juga harus saling melengkapi. Termasuk didalamnya basis massa dan ketersediaan finansial, sebab pertarungan pilkada membutuhkan biaya politik yang tak sedikit.

Pasangan pilkada tentunya bukan hanya ditentukan oleh kandidat semata, tetapi juga kehendak partai politik. Hal ini karena untuk maju pada kontenstasi pemilihan kepala daerah membutuhkan rekomendasi partai. Dalam rekomendasi itu sudah harus berpasangan, sehingga kadang untuk menggenapkan usungan butuh koalisi lintas partai. Disinilah kadang tarik – menarik kepentingan lintas partai untuk memasangkan kandidat walaupun kadang tidak memiliki visi kepemimpinan yang sama. Untuk jalur independen pun demikian, format dukungan perorangan juga sudah harus berpasangan. Sehingga harus sama –sama berjuang dari awal, walaupun peluang untuk memenangkan pertarungan sejauh ini masih tergolong kecil.

Metode yang lebih rasional untuk menentukan pendamping tentunya dengan menyerap aspirasi publik. Adapun metode ini dilakukan secara ilmiah melalui lembaga survei. Hal ini juga sekaligus mampu memotret elektabilitas kandidat secara individu dan elektabilitas saat berpasangan. Dengan metode survei itu pula, kita bisa memotret keunggulan dan kelemahan saat berpasangan. Hal ini sejauh ini menjadi referensi utama menentukan wakil kecuali sedang tersandera oleh “ mahar” partai politik.

Fenomena ‘rumitnya’ memilih pasangan juga dialami oleh salah satu bakal calon wali kota yang juga mantan wali kota Makassar, Danny Pomanto yang kembali akan bertarung pada pemilihan walikota 2020 mendatang. Dengan modal satu periode dengan berbagai prestasi, maka tak mengherankan Danny Pomanto memimpin di semua lembaga survei baik itu secara popularitas maupun elektabilitas. Dengan model tersebut, pun belum menjadi jaminan bagi Danny Pomanto untuk bertarung. Karena untuk maju sebagai calon walikota dan wakil walikota Makassar, maka butuh minimal dukungan minimal 10 kursi di DPRD Kota Makassar.

Berdasarkan hasil survei yang berhasil didapatkan oleh penulis, hasil Lembaga Riset Celebes Research Center (CRC) edisi November 2019 diketahui bahwa dari enam calon wakil walikota yang cocok mendampingi Danny Pomanto yakni Fadly Ananda 3,5%, Yakgin Padjalangi 2,8%, Taufiqulhidayat Ande2,3%, Andy arief Bulu 1,5%, Alimuddin 0,8%, Sarifuddin DG. Punna 0,3%, lainnya 23,8% dan tidak tahu 65,3%.  Adapun calon lainnya yang memiliki eletabilitas tinggi untuk menjadi wakil yakni Syamsu rIzal 29,2%, Rachmatika Dewi 18,0 % Munafri Arifuddin 14,6%, Aliyah Mustika Ilham 12,4%, Irman Yasin Limpo 10,1%, Haris Yasin Limpo 4,5%, Iqbal Jalil 3,4%, Farouk M Betta 2,2% dan lainnya dibawa 2%.

Adapun dengan tingkat elektabilitas Danny Pomanto dengan simulasi tertutup di angka 46,5%, sehingga modal untuk memenangkan pilwalkot terbuka lebar. Dengan demikian, ada peluang untuk memilih pendamping yang sesuai kesamaan visi. Tinggal kemudian, bagaimana rekomendasi dari partai pengusung nantinya.

Jika merujuk pada survei ini, maka yang paling dikehendaki oleh publik menjadi wakil Danny Pomanto yakni Syamsu Rizal. Namun saat ini Syamsu Rizal masih menarget untuk fokus menjadi calon walikota. untuk 6 nama yang santer disebut siap menjadi wakil Danny Pomanto ada 3 nama yang berpotensi yakni Fadly Ananda, Yakgin Padjalangi dan Taufiqulhidayat Ande. Ketiga nama ini memiliki nilai plus dan minus untuk mendampingi Danny Pomanto.

Dari berbagai informasi di media dan warung kopi, beberapa nama telah diwacanakan partai politik untuk mendampingi Danny Pomanto. Dari PDIP, ada dua nama kader internal yang di usung yakni Yagkin Padjalangi dan Alimuddin, belakangan menguat nama Fadli Ananda. Dari Partai nasdem, menyodorkan nama Indira Cunda Thita SYL dan Irman Yasin limpo walaupun belakangan dibantah. Untuk jalur independen, beberapa relawan telah mmelakukan pengumpulan KTP dimana Danny Pomanto dipasangkan dengan Maqbul halim. Namun semuanya masih flexibel.

Analisis penulis, Usulan PDIP yang paling cocok yakni Yagkin Padjalangi, karena selain memiliki kapasitas politik yang mumpuni juga memiliki akar kultural yang kuat sebagai representasi suku bugis. Selain itu, pernah menjadi anggota DPRD Sulsel dari daerah pemilihan Makassar dengan suara tertinggi.

figur selanjutnya yakni Indira Cunda Thita SYL, merupakan refresentasi klan Yasin Limpo dengan kapasitas politik yang tak diragukan dengan menjadi anggota DPR RI 2 periode. Thita merupakan salah satu pasangan yang ideal dengan catatan Irman Yasin Limpo tidak ikut bertarung. Selanjutnya Fadli Ananda, sebagai kalangan milenial dengan keberhasilannya dalam dunia bisnis tentunya memiliki kemampuan untuk memberikan solusi permasalahan di kota Makassar. Figur ini cocok dengan catatan mampu meyakinkan partai politik dan menyolidkan basis ajattappareng dan Nahdatul Ulama di Makassar. figur terakhir yakni Syamsu Rizal, figur ini tentunya punya kapasitas yang kuat dalam politik serta memiliki basis elektoral yang kuat. Catatannya yakni harus kembali bersedia menjadi wakil dan menyamakan visi dan persepsi sejak awal periode.

Dari berbagai nama yang muncul untuk mendampingi Danny Pomanto, menandakan bahwa daya tariknya masih tinggi. Hal ini tentunya menjadi bagian dinamika yang butuh komunikasi politik yang baik untuk menemukan pasangan yang tepat. Yang jelas, bahwa pada prinsipnya figur yang tepat mendampingi Danny pomanto adalah yang memiliki kesamaan visi, inovatif, memiliki jejaring politik yang kuat serta memiliki akar kultural yang kuat di kota Makassar.