Semrawut Kabel di Kota Dunia


Ilustrasi kabel (Foto: depositphotos.com)

*Oleh Akbar

Bagi Saskia Sassen, seorang sosiolog Belanda, Kota Dunia merupakan kota yang dianggap menjadi titik penting dalam sistem ekonomi dunia. Salah satu kriteria ‘Kota Dunia’ adalah kualitas pelayanan publiknya. Dan tentu juga penataan fasilitas kota yang bisa dilihat dari estetika dan utilitasnya.

Kota Dunia yang hingga saat ini disematkan pada Kota Makassar, patut kita koreksi kembali. Penulis mencoba mengurai satu persoalan yang belum menjadi perhatian serius kita dan pemerintah.

Kabel Semrawut dan Membahayakan

Cobalah bepergian ke wilayah mana saja di Kota Makassar. Anda bakal menemukan masih banyak berbagai jenis kabel menggelantung tidak teratur, menjuntai bahkan hampir menyentuh tanah atau merintangi trotoar tempat orang berjalan kaki. Kabel-kabel listrik, sambungan telepon dan internet yang masih semrawut itu menunjukkan Makassar yang disebut sebagai Kota Dunia belum memikirkan penataan utilitas.

Penampakan kabel bak ular yang memanjati dan bergelantungan pada tiang besi. Pemandangan ini terkadang seperti tidak menjadi masalah bagi beberapa di antara kita, tetapi berpengaruh terhadap estetika kota dan tentu saja keselamatan warga kota di kemudian hari.

Seperti kita tahu kabel-kabel tersebut, bukan hanya miliki PLN, namun juga milik perusahaan swasta seperti jasa penyedia telepon dan internet. Kita menyebutnya kabel-kabel nakal pencari ‘keuntungan’ di antara kesemrawutan. Baik PLN dan pihak swasta, nampak mendiamkan persoalan ini. Ketidakpedulian PLN, Pihak dan Pemerintah Kota Makassar mendatangkan dua jenis masalah.

Pertama memperburuk estetika kota. Kedua, mengancam keselamatan warga. Makassar sebagai Kota Dunia, tidak mampu menyelesaikan persoalan ini. Kabel semrawut menggambarkan ‘kerendahan mutu’ pelayanan dan buruknya kualitas pelayanan listrik Kota Makassar.

Kabel listrik yang menggelantung berpotensi merenggut kesalamatan siapa saja, terutama pejalan kaki dan para pengendara roda dua. Apalagi kabel-kabel yang telah menjalar dan menyentuh aspal. Jika di daerah lain listrik padam karena pohon tumbang, di Kota Makassar listrik padam karena ada warga yang tersetrum listrik.

Sementara itu, kabel-kabel nakal menunjukkan ‘kejahatan’ yang dilakukan pihak swasta. Alih-alih memberikan pelayanan ke konsumen, juga mengancam keselamatan orang lain. Dengan demikian, diperlukan manajemen instalasi kelistrikan yang lebih rapi dan modern, salah satunya adalah dengan beralih ke penerapan kabel tanam bawah tanah.

Mampukah Kota Dunia?

Pemerintah Kota Makassar bukannya tak tahu kesemrawutan kabel yang menggelantung tak teratur ini. Pemerintah Kota Makassar pada 23 Maret 2021 telah mewacanakan kabel tanam dengan menghapus seluruh tiang listrik. Pemkot Makassar menganggap tiang listrik mengganggu jalur penghijauan dan dinilai berbahaya bagi keselamatan masyarakat.

Kota Makassar pada 23 Maret 2021 telah mewacanakan kabel tanam dengan menghapus seluruh tiang listrik

Solusi masalahnya tak semudah membalikkan telapak tangan. Persoalan utamanya terletak pada banyaknya wilayah yang utilitasnya perlu ditertibkan. Sebagaimana diketahui, penerapan kabel tanam telah dilakukan pada 4 Juli 2021. Namun masih dalam persentase sangat kecil. Kabel tanam baru dilakukan pada proyek pembangunan jaringan transmisi listrik yang menghubungkan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.

Pemasangan kabel tanam ini baru di satu titik Kota Makassar, itupun bukan masyarakat umum tetapi dikomersialkan. Akibatnya instalasi listrik dengan kabel gantung, beberapa peristiwa buruk terjadi, mulai jatuhnya korban kesetrum hingga korsleting listrik pemicu peristiwa kebakaran.

Yang terbaru adalah seorang pelajar tewas tersengat listrik pada 8 Desember 2021 kemarin. Ditambah kondisi curah hujan tinggi seperti belakangan ini, Makassar menjadi langganan banjir. Mestinya Pemkot Makassar segera mengambil langkah cepat dan antisipasi sebelum jatuh korban berikutnya.

Mengutip data Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Makassar, selama 2021 terdapat 139 Kasus Kebakaran dimana 85 diantaranya karena arus pendek (korsleting). Di Amerika Serikat kasus kesetrum kabel listrik menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi, padahal manajemen listrik di Amerika Serikat terbilang tertib dan aman. Lalu bagaimana dengan Kota Makassar yang semrawut? Sehingga solusi yang paling aman adalah menggunakan kabel tanam.

Ada dua hal perlu Pemkot Makassar dan PLN siapkan ketika ingin menggunakan kabel tanam yakni alokasi anggaran yang besar dan menentukan jalur tanah yang aman. Dengan penerapan kabel tanam menjadikan Kota Makassar lebih tertata, pendistribusian listrik lebih maksimal serta kesalamatan masyarakat kota akan lebih terjamin.

Jika masih menggunakan kabel gantung, pemkot Makassar mesti menaruh perhatian serius pada pedoman umum instalasi listrik dan standar PLN. Pedoman yang dimaksud adalah kualitas kabel, kualitas stop kontak, dan menyikapi dengan segera praktik penumpukan kabel. Peralihan kabel gantung ke kabel tanam menjadi hal yang perlu segera dilakukan sebagai Kota Dunia. Selain itu, Pemkot Makassar perlu melakukan pengawasan ekstra terhadap kabel gantung tegangan rendah milik PLN maupun pihak swasta untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.

Tentu penggunaan kabel gantung dan kabel tanam masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Kabel gantung lebih ekonomis dan ketika terjadi gangguan akan mudah terdeteksi. Namun Kabel gantung begitu dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan medan tanah. Sementara kabel tanam jauh lebih aman tetapi membutuhkan biaya mahal serta sulit terdeteksi ketika terjadi kerusakan. Terlebih kondisi geografis kita yang rawan banjir dan gempa bumi sehingga mesti teliti dalam penentuan jalurnya.

Mengingat Pertumbuhan tenaga listrik tahun 2015-2024 diproyeksikan rata-rata sekitar 8,7% tiap tahun, mampukah Makassar Sebagai Kota Dunia beralih pada kabel tanam, agar keselamatan warga kota lebih terjamin dan keindahan kota lebih tertata.

 

Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi UNM / Ketum HMI MPO Cabang Makassar 2021-2022