Oleh : Ahmad Sangkala*
MAKASSARBICARA.ID-Jalur Kereta model layang (elevated) Lebih mahal, tetapi tidak banyak menimbulkan masalah.
Berikut 8 Alasan mengapa kita sebagai warga Makassar, mendukung konsep elevated atau kereta layang di kota Makassar :
1. Tata Ruang Kota
Jika ingin mengacu dan memperhatikan tata kota di Makassar, maka model layang (elevated) lah yang cocok sehingga ke depannya akan memberikan dampak yang besar untuk perkembangan kota.
Makassar dengan jumlah populasi dan mobilitas yang cukup padat, menjadi alasan konsep layanglah yang tepat untuk pengerjaan kereta api.
Wali Kota Makassar, Danny Pomanto menyebut jika jalur kereta api dibangun dengan desain di atas permukaan tanah maka akan menyalahi Perda Kota Makassar No.4 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (suara.com 18/7/2022).
2. Hemat Lahan
Selain hemat lahan, tentunya tidak mengganggu tata ruang Makassar. Jika jalur at grade atau menggunakan permukaan darat akan membutuhkan banyak lahan untuk dibebaskan juga anggaran besar yang harus disiapkan.
Pembangunan pada masa mendatang, tentu perlu memikirkan banyak aspek, juga memikirkan pembangunan secara vertikal dengan prediksi permintaan lahan sudah sangat tinggi pada kawasan-kawasan perkotaan, termasuk diantaranya rencana pengembangan Kota Baru Untia yang didukung oleh pemerintah pusat.
Pertimbangan elevated pada kawasan kota baru merupakan pertimbangan penyelesaian masalah perkotaan yang tidak hanya selesai pada hari ini, tapi juga pada masa mendatang.
Untuk itu, perencanaan masa depan yang tepat untuk Kota Baru Untia yang tertata, terintegrasi, dan komprehensif.
3. Minim Perlintasan Sebidang
Persoalan klasik dalam tata kelola jalur perkeretaapian di Indonesia saat ini adalah perlintasan sebidang.
Jika manajemen jadwal perjalanan kereta tidak dilaksanakan dengan baik maka berpotensi meningkatkan aktivitas palang kereta api di perlintasan sebidang. Tentunya dapat berimbas pula terhadap panjang antrian kendaraan yang menunggu kereta api melintas. Dengan model elevated, perlintasan sebidang tentu bisa diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Meminimalisir Potensi Kecelakaan
Tujuan pembangunan kereta layang selain dari peningkatan pelayanan kereta api adalah peningkatan keselamatan. Potensi kecelakaan disebabkan pengendara menerobos palang kereta api yang tertutup melatari pemisahan jalur rel dengan jalan. Dilansir dari Buku Informasi Perkeretaapian di tahun 2014, angka kecelakaan di perlintasan sebidang pada tahun 2014 (66 kejadian) 1,5 kali lebih banyak dari jumlah kecelakaan pada perlintasan rel kereta api (39 kejadian). Di mana 13 orang meninggal akibat kecelakaan di perlintasan sebidang tersebut.
Perkembangan Kota Makassar kian pesat seiring meningkatnya aktivitas masyarakat dan mendorong kebutuhan perjalanan yang semakin intens. Aktivitas jemput anak sekolah, perjalanan kembali ke kantor setelah makan siang, urusan perkantoran, pelajar SMP dan SMA pulang sekolah, belanja, dan kegiatan lainnya cenderung memadati jalanan Kota Makassar. Tentu, kepadatan jalan makin bertambah panjang ketika kendaraan berhenti di palang perlintasan sebidang menunggu kereta melintas.
5. Dampak Negatif Sosial Minimalis
Jika pengerjaan at grade atau darat dilakukan maka akan memberi dampak negatif di bidang ekonomi, ekologis, dan sosial kemasyarakatan. Seperti di antaranya persoalan banjir yang akan meluas dan memicu kisruh persoalan pembebasan lahan.
6. Mengatasi Kemacetan
Rencana pembangunan kereta layang ini, tentu bisa menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan di Makassar. Dan paling penting, kereta layang ini ke depan, lebih efektif dan efisien jika akan diintegrasikan dengan moda transportasi massal lainnnya, seperti commuter line (KRL) serta busway.
8. Alasan Modernisasi
Modernisasi adalah satu instrumen untuk meningkatkan layanan transportasi perkeretaapian supaya lebih efisien, karena penggunaan teknologi usang menimbulkan high cost economy dibandingkan teknologi yang terbaru. Arah modernisasi teknologi perkeretaapian harus diarahkan kepada teknologi sarana angkutan perkeretaapian yang berdaya angkut massal, kecepatan tinggi, hemat energy dan ramah lingkungan. Dan, tentunya model elevated tentu jauh lebih modern dan berteknologi masa depan.
Selain poin tersebut, Ahli Bidang Bandara dan Sistem Transportasi Terintegrasi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Sakti Adji Adisasmita (detiksulsel 11/4/2022) juga menuturkan, banyak keuntungan jika pembangunan dilakukan secara elevated atau melayang. Salah satunya tidak terhambat dengan persoalan lahan yang akan digunakan.
Resiko jangka pendek model at grade memang lebih kecil. Tetapi dalam pembangunan infrastruktur transportasi harus melihat keuntungan jangka panjang.
Kawasan aglomerasi Makassar, Maros, Sungguminasa/Gowa, dan Takalar (Mamminasata) saat ini menuju kota megapolitan. Sehingga pengembangan transportasi harus beralih moda ke angkutan high density, yakni kereta api berbasis elevated.
Menurut Prof Sakti, dengan teknologi saat ini kecepatan pembangunan rel berbasis elevated juga bisa cepat dilakukan. Bahkan bisa lebih cepat dibandingkan at grade yang akan terbentur dengan pembebasan lahan.
Meski kita ketahui bersama jika pembangunan rel berbasis elevated, akan berimbas anggaran yang membengkak. Dari perencanaan awal berbasis at grade sebesar Rp600 miliar menjadi Rp1,6 triliun. Sehingga, perlu bantuan anggaran dari pihak ketiga.
Menarik Investor
Dengan hitungan anggaran yang membengkak, tentu investor mau berinvestasi pada proyek Kereta Api ini dengan melihat analisis ekonomi dan finansial jika sesuai target revenue-nya.
Memang hingga saat ini, desain konstruksi rel kereta api di Makassar masih belum diputuskan menyusul permintaan Wali Kota Makassar Danny Pomanto berubah dari rencana awal yang diinginkan oleh Pemerintah Sulawesi Selatan, yakni konsep kereta darat atau landed.
Danny tentu punya acuan Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Makassar sehingga meminta konstruksi rel melayang. Pembangunan rel di darat disebut Danny melanggar perda tersebut. Termasuk akan mengganggu rencana pembangunan dan tata kota bila rel tak melayang.
Danny menuturkan permintaan agar rel dibuat melayang ini karena berbagai pertimbangan. Desain konstruksi rel di darat disebut Danny akan memberikan dampak buruk.
Bahkan dampak yang ditimbulkan bila konstruksi rel di darat jauh lebih besar yang harus ditanggung biayanya ketimbang biaya konstruksinya. Danny mengklaim ini sesuai dengan hitung-hitungannya sebagai perencana tata ruang.
Lantas setelah menelaah latar belakang perencanaan kereta layang maka bagaimana sebaiknya kita mewujudkan transportasi yang nyaman untuk Makassar ke depan? Akankah kita berdamai dengan kemacetan? Atau berikhtiar melepas bebas diri dari kemacetan dengan mendukung konsep elevated misalnya? Yang pasti, mereka yang berfikir maju dan memikirkan masa depan yang lebih baik, tentu tidak akan membiarkan Makassar mundur lagi!