*Oleh Sumayyah
MAKASSARBICARA.ID – Pada dasarnya semua ideologi itu baik, yang membuatnya buruk adalah penganutnya yang berwatak jahat.
Jangan salah menilai feminisme, ia hadir bagai lentera perempuan tertindas di Eropa. Ideologi itu harus memiliki banyak pengikut dan ada intuisi negara yang menjadi tameng agar tetap eksis.
Buktinya, agenda ini diadopsi oleh negeri tercinta kita yang kemudian diejawantahkan dalam wujud; Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs).
Salah satu program Millennium Development Goals (MDGs) yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Penulis heran kenapa mesti perempuan yang perlu diberdayakan?kenapa mesti perempuan?
Jawabannya karena perempuan punya potensi sebagai pencetak generasi. Jika perempuannya cemerlang maka yang lahir adalah generasi cemerlang. Tapi, jika perempuannya dangkal maka yang lahir adalah generasi dangkal. Sekarang perempuan mesti memahami potensi tersebut. Jangan terpedaya lagi oleh ideologi yang durjana.
Feminisme sebuah gerakan yang secara umum diketahui sebagai gerakan yang berusaha memperjuangkan kehidupan perempuan, menginginkan perempuan untuk sejahtera.
Melihat alasan lahirnya pergerakan perempuan yang menuntut kesejahteraan di masa lalu adalah sesuatu yang wajar. Sebab memang di Eropa pada masa itu, perempuan sama sekali tidak hidup dalam kesejahteraan, bahkan diperlakukan tidak manusiawi.
Hingga hari ini, gerakan feminisme hadir dengan berbagai konsep pemikiran. Mereka semakin gencar menyuarakan konsep-konsep yang mereka anggap mampu mewujudkan kesejahteraan perempuan, semisal kesetaraan gender, sexual consent, my body my authority, dan berbagai konsep-konsep lainnya.
Tuntutan-tuntutan akan konsep kesetaraan gender, sexual consent dan otoritas penuh atas diri sendiri begitu gencar disuarakan, khususnya kaum muda.
Mereka begitu semangat menuntut kesetaraan gender sebagai solusi atas berbagai bentuk penindasan terhadap perempuan.
Tak hanya itu, dalam menjalani aktivitas sehari-hari para perempuan juga menuntut agar mereka tidak dikekang dalam beraktifitas. Mereka menuntut untuk bebas mengatur diri mereka sendiri. Mulai dari cara mereka berpakaian, hingga bagaimana mereka berinteraksi sosial.
Selain itu, kini lahir konsep baru yang juga sangat gencar disuarakan yaitu sexual consent.
Fokus konsep ini adalah adanya persetujuan dalam hubungan seksual tanpa peduli apakah hubungan seksual itu antara pasangan yang sudah terikat dalam hubungan perkawinan ataupun yang belum.
Konsep-konsep tersebut sangatlah jelas dampak buruknya bagi umat muslim secara khusus dan bagi masyarakat keseluruhan secara umum, sangat jelas mengancam aqidah kaum muslimin.
Bagaimana tidak, konsep kesetaraan gender, my body my authority dan berbagai konsep lainnya pada dasarnya mengantarkan kita kepada ‘ide liberalisme’, dimana seorang muslim yang harusnya mengikat diri dengan aturan Islam dalam setiap aktivitas berubah menjadi individu yang berlepas diri dari aturan Islam.
Kita bebas menentukan apa yang mesti kita kenakan sesuai keinginan kita, tanpa peduli lagi standar halal dan haram.
Selain itu, berkaca pada konsep kesetaraan gender, konsep tersebut menuntut kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek. Menuntut keterlibatan perempuan secara penuh di ruang publik sebagaimana laki-laki.
Hal ini membuat banyak ibu rumah tangga memilih dan merasa perlu untuk bekerja diluar rumah termasuk untuk mencari nafkah. Ini menyebabkan kewajiban perempuan yang seharusnya sebagai pengurus rumah dan madrasah pertama bagi anak-anak menjadi terlalaikan.
Ditambah lagi dengan adanya peran ganda sebagai ibu dan juga sebagai pencari nafkah maka akan menyebabkan banyak ibu menjadi stress.
Alhasil sosok ibu dalam rumah tangga menjadi kosong sehingga ini akan berpengaruh tentunya kepada ketahanan keluarga, tempat dimana generasi emas pemimpin peradaban terbentuk.
Oleh karena itu, tugas kita bersama yakni mengcounter perkembangan ide-ide tersebut yang nyatanya sangat massif.
Kita semua perlu mengambil peran dalam menguak betapa berbahayanya ide feminisme dengan beragam konsep turunannya.
Penting diketahui, bahwa kesejahteraan perempuan tidak akan bisa dicapai dengan melalui gerakan feminisme, sebab kesejahteraan serta kemuliaan perempuan dan seluruh alam hanya dapat dicapai dengan kembalinya kita pada aturan sang pencipta Allah SWT.
Selain menguak bahaya ide feminisme, kita juga perlu memahamkan Islam secara utuh. Terkait dalam penerapannya, tentu hanya bisa melalui institusi negara.
Ayo para perempuan jadilah manusia yang mampu berpikir cemerlang karena potensi yang kita miliki tidak bisa di gantikan oleh para laki-laki. Semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan adalah Ilmu, Iman dan Takwa.
Penulis merupakan Ketua Kohati Cabang Makassar