*Oleh Aprilia Hestiningrum
MAKASSARBICARA.ID – Sekolah Anak Muda dari Komunitas Sulawesi Community Foundation (SCF) merupakan organisasi nirlaba berbentuk yayasan yang didirikan oleh multi-stakeholder kelompok masyarakat/adat.
Komunitas ini berfokus terhadap kondisi Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) Sulawesi dan beberapa hari yang lalu telah melaksanakan program Anak Muda Mengajar.
Lokasinya di salah satu sekolah yang terletak di tengah hutan Desa Bontosamba, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Sekolah ini berada di Dusun Bara, sekitar dua jam perjalanan berkendara menggunakan motor dari kota Makassar ke Desa Bontomanurung.
Dilanjutkan berjalan kaki sekitar 7 kilometer selama kurang lebih 1,5 jam melewati jalanan yang rusak parah, jembatan gantung di atas sungai, dan juga area mendaki. Matahari telah lenyap saat tiba di lokasi dan rencananya kami akan mengabdi selama tiga hari dua malam.
Pada hari pertama, Jumat, 16 Juni 2023. Kami para relawan terkejut saat pertama kali masuk ke sekolah tersebut karena bangunan tidak layak yang jauh berbeda dengan sekolah pada umumnya di pusat perkotaan.
Wujudnya hanya berupa pemanfaatan ruang kosong di bawah kolong rumah Ibu Saba. Singkat cerita, sekolah tersebut diinisiasi oleh Dg. Joha, Kak Suriadi, dan beberapa warga sekitar pada Juli 2022 lalu.
Guru di sekolah tersebut hanya ada satu, Kak Suriadi nama sapaannya. Beliau mengajar kurang lebih 30 anak-anak yang bercampur jenjang dari kelas I hingga VI SD.
“Ujiannya dilaksanakan bergantian dikarenakan ruang kelas yang tidak memadai dan sempit, oleh karena itu ujiannya bergantian”, ucap Kak Suriadi yang membuat haru saat hendak melaksanakan Ujian Akhir Semester.
Hati penulis tersentuh ketika melihat anak-anak tetap semangat dan antusias belajar padahal kondisi bangku, meja, serta bahan ajar yang hanya seadanya dan sangat tidak memadai.
Antusias anak-anak makin terlihat setelah menerima hadiah selama belajar dengan kami selama 2 hari. Mereka bahkan mengaku menyukai belajar dengan kami karena lebih asyik dan menyenangkan.
“Terima kasih buat teman-teman relawan yang sudah menyempatkan waktu dan tenaganya mengunjungi kami disini dan melihat langsung proses pembelajaran. Anak-anak disini sangat senang dan antusias melihat kedatangan teman-teman relawan mengajar disini walaupun dengan waktu yang singkat 2 hari tapi membuat kami semua bersyukur”, ucap Kak Suriadi dengan penuh rasa syukur.

Hal mengharukan lainnya karena salah satu murid mengucapkan impiannya yang “ingin mempunyai sekolah yang ada temboknya”. Betapa berharganya mimpi dan harapan seorang malaikat kecil dari surga ini sehingga kami semua menetaskan air mata mendengar ucapannya.
“Anak disini yang sudah lulus SD dan ingin melanjutkan jenjang ke bangku SMP perlu adanya pendataan dan pelaporan dari Dinas Pendidikan untuk diikutkan dalam program Paket C agar bisa melanjutkan SMP”, lanjut Kak Suriadi menceritakan rekam jejak anak muridnya.
Kami pun dari tim relawan Sekolah Anak Muda dibuat tersentuh dengan kondisi di sana. Awalnya berniat menambah pengalaman, kami malahan tertampar pelajaran yang sangat berharga dan berksean.
Bahwa egois ketika kami terus melihat ke atas dan lupa bahwa masih ada anak-anak di sana yang masih membutuhkan fasilitas pendidikan yang layak dan aman.
Kami belum bisa melakukan langkah besar, akan tetapi semoga langkah kecil kami dapat dilihat dan diperhatikan pemerintah agar membangun sekolah yang layak dan memadai di Dusun Bara.
Penulis merupakan Relawan Anak Muda Mengajar.