Makassarbicara.id, Makassar – Spontan, setelah menyaksikan sekeliling, terniat untuk menorehkan tulisan.
Baris kalimat dibawah ini adalah refleksi perjalanan saat jelajah situs dua hari lalu. Agenda kerja IMM FBS dan FIS-H UNM.
Jejak Sejarah
Taman arkeologi leang-leang merupakan suatu tempat aktivitas manusia sejak ribuan tahun lalu. Menyisahkan warisan kebendaan dan tak benda.
Terdapat nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamya. Dapat kita lihat dari gambaran pada bagian dinding goa, menunjukkan manusia masa lalu telah mampu menggunakan logika naturalisnya dalam berburu dan mengumpulkan makanan (bertahan hidup). Selain itu, gambar-gambar di dinding goa menyiratkan banyak makna kehidupan.
Jejak arkeologis itu nyatanya mengalami proses penuaan. Begitu pula peran generasi mendatang, sangat penting untuk mampu menjaga dan memperhatikan warisan itu.
Dibalik semua itu, muncul pertanyaan dalam kepala, apakah warisan tersebut menunggu hilang untuk ditemukan kembali dan dijaga, atau perlukah sedari dini memetakan langkah penguatan penjagaan.
Mestinya kita kembalikan kepada diri kita masing-masing sebagai generasi mendatang, yang penuh dengan perkembangan spektakuler. Potensi yang mampu meluputkan kita dalam menjaga warisan.
Taman Nasional Leang-leang adalah salah satu keajaiban dunia yang telah diakui oleh UNESCO. Namun mengapa kita harus memilah-milah dalam menjaga, apakah harus ada bukti verifikasi terlebih dahulu untuk melindungi?.
Kerusakan Karst Karena Ulah Manusia
Sekarang banyak permukaan karst yang rusak dan habis akibat adanya penambangan berlebihan.
Karena lapisan karst yang sudah hilang tersebut, akibatnya cadangan air tanah pun berkurang. Hal tersebut menyebabkan memicu kekeringan ekstrim saat musim kemarau tiba. Sebaliknya, jika musim hujan akan terjadi banjir.
± 400 meter dari taman Nasional Leang-leang, di Baruga, Kecamatan Bantimurung, kabupaten Maros, terdapat sebuah pabrik semen yang telah lama beroperasi yang menimbulkan dampak negatif. Debu beterbangan tanpa jeda, menggangu pengendara yang melintas, dan juga berefek negatif terhadap masyarakat yang bermukim disekitarnya.
Disepanjang jalan taman Nasional Leang-leang, juga terdapat pegunungan karst yang nampak sedikit demi sedikit dikikis. Padahal karst yang tak jauh dari bahu jalan itu juga menampakkan keelokan dari taman karst yang dilindungi.
Alam dan Manusia
Alam adalah salah satu wasilah terbaik untuk mengenal pencipta. Pegunungan, persawahan, sungai, laut dan seterusnya.
Bayangkan saja jika keindahan alam itu sedikit demi sedikit dikikis, dirusak, dan disalahgunakan lalu kemudian menghilang, kemana lagi manusia akan mengobati rasa rindunya terhadap alam?.
Kesewenang-wenangan manusia terhadap makhluk lain biasanya dilatarbelakangi oleh ketidaksadaran bahwa, ternyata bukan hanya manusia yang memiliki perasaan. Hewan dan tumbuhan juga punya perasaan, batu yang duduk manis, kemudian sengaja untuk ditendang saja kadang berakibat fatal, mulai dari keseleo, hingga jatuh tersungkur.
Segala sesuatu yang dirusak, pasti akan membawa bencana. Itu adalah hal yang niscaya, sebut saja, hukum alam akan selalu ada.
Salah satu tanda-tanda kiamat yang diberitakan kepada manusia adalah datangnya Dukhan. Dukhan dalam bahasa arab artinya kabut asap yang tebal, tidak ada oksigen dan teramat sangat panas sehingga mengakibatkan bumi menjadi gelap.
Logikanya, itu tidak akan terjadi jika bumi ini masih dipenuhi dengan pepohonan, yang menurut ilmu biologi bahwa pohon memiliki kemampuan fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen dan mengurangi karbondioksida. Jika manusia membabat habis pepohonan untuk diubah menjadi kertas-kertas bergambar pahlawan, maka sama saja manusia mempercepat datangnya kiamat.
Gunung, karst dan bukit berfungsi untuk menyeimbangkan bumi agar makhluk yang bermukim tidak tergoncang (Qs. An-Nahl: 15/Al-Anbiya: 31).
Ibarat sebuah sampan, jika tidak ada beban diatasnya maka ia akan mudah terguling oleh ombak. Begitupun dengan bumi.
Jika gunung-gunung, karst dan juga bukit dimusnahkan, maka jangan bertanya kepada tuhan kenapa terjadi bencana berupa goncangan yg mematikan.
Sejatinya, manusialah yang bisa menentukan cepat lambatnya kiamat datang. Mari menjaga tanpa memilah, semua dijaga tanpa ada yang dianaktirikan.
Mutmainnah - Penulis adalah Sekretaris Umum Pikom IMM FBS UNM