Penulis : Yudi Ismail
“Sebagai media arus utama, Kompas tentu tidak asal-asalan memberikan penghargaan. Apresiasi yang diberikan Kompas kepada Danny merupakan penegasan, bahwa Walikota Makassar dua periode itu adalah sosok pemimpin daerah yang berprestasi”.
Kabar menggembirakan kembali terdengar tatkala Walikota Makassar Danny Pomanto menerima penghargaan dari Kompas TV. Menariknya, Danny menjadi satu-satunya kepala daerah di Sulawesi Selatan yang memperoleh penghargaan bergengsi ini.
Penghargaan itu diterima Danny dalam peringatan 12 tahun Kompas TV yang dihelat di Jakarta belum lama ini. Apa dan mengapa Danny menerima penghargaan, tidak terlepas dari kerja keras Danny bersama Pemkot Makassar dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Momen penerimaan penghargaan itu memberikan kesan yang lebih mendalam lantaran dihadiri oleh para petinggi negara, mulai dari mantan Wapres, sejumlah menteri, pimpinan TNI Polri hingga tokoh nasional. Mereka semua menyaksikan momen bersejarah saat Walikota Makassar menerima penghargaan sebagai pemimpin daerah inovatif ekonomi kreatif.
Danny menerima penghargaan Kompas TV berkat Lorong Wisata (Longwis) yang dia gagas dari periode pertamanya, kini dinobatkan sebagai program percontohan nasional. Hal ini tampak luar biasa, sebab bagaimana mungkin ‘lorong’ yang dikenal kumuh, dapat bertransformasi menjadi aset kota dengan beragam manfaat.
Lewat sentuhan Danny, yang biasa-biasa saja, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.
Inovasi Lorong Wisata sejauh ini sudah menjadi ciri khas kepemimpinan Danny, terlebih dia berasal dari lorong atau akrab disebut anak lorong.
Inovasi ini menjadi ide berlian sebab berangkat dari kejelian Danny dalam melihat masalah juga peluang.
Lorong atau gang, terutama di kota-kota besar, kerap kali dinilai sebagai sarang maupun sumber kriminal, penyakit sosial, serta label kemiskinan ekstrim. Danny yang ahli di bidang arsitek, secara perlahan memudarkan stigma negatif tersebut melalui program lorong wisatanya. Lorong yang tadinya memproduksi masalah, disulapnya menjadi objek wisata dan pengembangan ekonomi kreatif masyarakat bawah.
Sangat jarang, atau bisa jadi Danny satu-satunya kepala daerah yang dapat menyulap hal kumuh memiliki nilai tawar.
Apa yang dilakukan Danny melalui program lorong wisata, sebenarnya sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang terus digalakkan kota-kota di negara maju, seperti Jepang dan Belanda yang menjadikan sel-sel kota sebagai pusat kegiatan ekonomi.
Di Jepang, ada Gang Omoide Yokocho yang menjadi pusat kuliner masyarakat urban Tokyo. Sama dengan Lorong Wisata di Makassar, gang Omoide Yokocho dulunya dikenal sebagai pasar gelap.
Begitu pula di Amsterdam Belanda, dimana kegiatan ekonomi ditopang melalui kanal-kanal yang tersebar di penjuru kota. Canal Ring Amsterdam menjadikan Belanda sebagai pusat perekonomian internasional.
Demikian pula dengan Lorong Wisata besutan Danny, yang memanfaatkan ruang-ruang sempit perkotaan untuk melahirkan peluang-peluang ekonomi.
Sebagai buah manisnya, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar semakin meningkat, dari 4,47 persen pada 2021 menjadi 5,40 persen pada 2023.
Kini Pemkot Makassar telah membangun 2 ribu lebih Lorong Wisata. Artinya, semakin banyak lorong wisata yang terbangun, maka dampak-dampak positif dari Longwis akan semakin luas dirasakan masyarakat Makassar.
Jadi sangat layaklah Kompas memilih Danny sebagai penerima penghargaan inovasi ekonomi kreatif.
Untuk itu, selamat buat Danny, telah membawa Makassar 2x+baik, baik untuk semua.