Pemilu 2024: Rangkuman atau Permainan Suara?


Penulis.

*Oleh Nanda Putri Nugraha

MAKASSARBICARA.ID – Pemilu 2024 jadi momen krusial dalam menentukan arah politik dan masa depan suatu bangsa. Dengan judul ‘Terangkum dalam Suara’, kita memasuki medan pemikiran yang mencerminkan kompleksitas dan signifikansi pesta demokrasi.

Pemungutan suara dalam kontestasi pemilu Indonesia merupakan fondasi pemahaman demokrasi secara nasional. Setiap suara memiliki bobotnya sendiri, mewakili harapan, aspirasi, dan keinginan warga negara. Namun, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana suara-suara ini benar-benar terangkum dan tercermin dalam hasil pemilu?

Penggiringan opini publik, black campaign dan pengaruh media sosial memunculkan tantangan baru terkait akurasi dan keotentikan suara-suara tersebut.

Aspek kritis lainnya adalah transparansi dan integritas dalam proses pemilihan. Bagaimana suara dihitung dan dianalisis? Adakah upaya untuk menghindari praktik-praktik yang dapat merusak integritas pemilu? Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita pada diskusi tentang peran lembaga pemilihan dan tata kelola yang memastikan bahwa proses pemilu berlangsung adil dan terpercaya (dalam hal ini KPU dan juga BAWASLU).

Dalam konteks global, Pemilu 2024 juga mencerminkan dinamika geopolitik dan hubungan internasional. Bagaimana interaksi antarnegara dan pilihan kebijakan luar negeri dapat memengaruhi pandangan warga negara dan hasil pemilu? Pemilihan bukan hanya tentang siapa yang akan jadi pemimpin negara, tetapi juga soal bagaimana negara bersikap di panggung internasional.

Penting untuk menyoroti isu-isu yang muncul selama kampanye pemilu. Bagaimana kandidat dan partai politik menghadapi tantangan seperti ketidaksetaraan ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakpastian global? Pemilu harusnya jadi wadah untuk mengeksplorasi solusi inovatif terhadap masalah-masalah ini.

Dalam keseluruhan analisis ini, perlu ditekankan bahwa kesuksesan pemilu tidak hanya diukur dari hasil akhirnya, tetapi juga dari kekuatan proses demokratis itu sendiri. Keterlibatan aktif warga negara, pemberitaan yang objektif, dan integritas lembaga-lembaga pemilihan adalah pilar-pilar utama yang membuat pemilu mampu mencerminkan kehendak rakyat secara otentik.

Pemilu 2024, yang terangkum dalam suara, memerlukan perhatian kritis dari semua pihak. Hanya dengan melibatkan diri secara aktif dalam proses demokrasi; mempertimbangkan secara bijak isu-isu krusial dan memastikan integritas proses pemilu, kita dapat memastikan bahwa suara setiap warga negara benar-benar terangkum guna menciptakan fondasi untuk masa depan politik yang inklusif dan berkelanjutan.

Momentum debat kandidat, pada 12 Desember 2023, menjadi sebuah titik awal masyarakat melihat dan juga menganalisis serta mempertimbangkan siapa yang layak jadi seorang pemimpin di Negara Republik Indonesia. Tidak hanya layak, tetapi juga siapa yang betul-betul mampu mengaktualisasikan gagasan yang dikeluarkan selama masa debat itu berlangsung.

Janganlah masyarakat diperhadapkan lagi dengan kalimat yang seolah ingin menjatuhkan sesama calon peserta dengan mengeluarkan diksi perlawanan. Seharusnya kita lebih mencermati apa yang telah disampaikan oleh presiden pertama Bapak Ir. Soekarno  yang mengatakan bahwa “Perjuangan ku ringan sebab aku melawan penjajah, tetapi perjuangan kalian amatlah berat sebab kalian melawan bangsa kalian sendiri”.

Maka, lembaga yang telah dipercaya untuk menjalankan amanah rakyat dengan sebaik mungkin dalam kontestasi pemilu 2024 mendatang, jangan lagi mempertontonkan hasil suara yang berbeda di setiap media televisi dan juga berita-berita online. Karena jangan sampai seluruh lembaga di Indonesia semakin kurang mendapatkan respect dari rakyat.

Penulis merupakan Mahasiswa Unismuh Makassar.