Kesenjangan Upah: Refleksi Ketimpangan Gender di Dunia Kerja


Ilustrasi

Oleh: Ning Baizura Usman

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar

Makassarbicara.id – Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan sejak dulu hingga kini masih menjadi perhatian utama dalam dunia kerja.

Meskipun ada kemajuan yang telah dicapai dalam memperjuangkan kesetaraan gender, fakta pahit menunjukkan masih banyak perempuan yang diupah lebih rendah ketimbang laki-laki. Meskipun, porsi kerjaan sama berat dan sama ringannya.

Hal ini mencerminkan ketimpangan yang dalam. Lakon diskriminasi ternyata masih menganga. Hal demikian menjadi instrumen masih banyaknya PR soal isu kesetaraan, termasuk dalam dunia kerja.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami akar penyebab kesenjangan upah gender dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan merata bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.

Data global menunjukkan fakta pahit: perempuan rata-rata menerima 20% lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Di Indonesia, lukanya semakin parah, dengan kesenjangan mencapai 23% pada tahun 2021. Artinya, untuk setiap Rp100 yang dikantongi laki-laki, perempuan hanya meraup Rp77.

Parahnya, kesenjangan ini semakin lebar di sektor-sektor formal dan terampil. Di sektor formal, perempuan hanya menerima 62% dari gaji rata-rata laki-laki. Sementara di sektor terampil, jurang kian melebar, mencapai 75%.

Akar permasalahan ini kompleks. Diskriminasi gender, segregasi pekerjaan, kurangnya akses pendidikan dan pelatihan, serta tanggung jawab pengasuhan anak menjadi benang merah yang menjerat perempuan dalam lingkaran upah rendah.

Dampaknya pun tak main-main. Kesenjangan upah menjerumuskan perempuan dan keluarga mereka ke jurang kemiskinan, memperparah ketimpangan ekonomi, dan membatasi peluang untuk mengakses pendidikan, kesehatan, dan layanan penting lainnya.

Memulihkan keadilan dan kesetaraan di dunia kerja membutuhkan komitmen kolektif. Penegakan hukum yang tegas terhadap diskriminasi gender, perubahan pola pikir masyarakat, kebijakan yang berpihak pada perempuan, dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan adalah kunci untuk membuka gerbang menuju masa depan yang lebih cerah.

Mari kita bersama-sama merajut narasi baru: narasi di mana perempuan digaji setara atas kontribusi mereka, di mana potensi mereka diakui dan dihargai, dan di mana dunia kerja menjadi ruang yang adil dan inklusif bagi semua.