Oleh : Akbar*
MAKASSARBICARA.ID – Koalisi Danny-Azhar layak disebut partai pejuang demokrasi. PDIP, PPP, dan PKB tidak sekadar memberikan pendidikan politik bagi calon pemilih, tetapi juga menunjukkan keberpihakannya pada demokrasi.
Padahal sebenarnya, koalisi Danny-Azhar bisa saja melakukan hal sebaliknya yakni mengkhianati demokrasi demi kepentingan kelompok. Namun atas dasar dan komitmen kepada masyarakat, mereka memilih jalan perlawanan.
Langkah koalisi Danny-Azhar tentu tidak mudah memenangkan kontestasi Pilgub Sulsel. Mereka bakal berhadapan dengan elit politik kejam yang bisa saja berlindung dibalik sebuah struktur. Terlebih PDIP, PPP, dan PKB mendukung ‘orang baik’ seperti Danny-Azhar, yang dimana banyak orang yang berupaya menjegalnya.
Kendati demikian, koalisi ini tidak perlu khawatir. Rakyat tentu tak tinggal diam dengan upaya penjegalan yang memaksakan ‘Kotak Kosong’ terjadi. Siapa pun penantang Danny-Azhar, bakal terkalahkan jika masyarakat berkehendak. Olehnya, koalisi ini patut diapresiasi telah berada dibarisan terdepan membela demokrasi kita.
Upaya penggembosan demokrasi dengan memaksakan kotak kosong menjadi peristiwa pahit menjelang Pilgub Sulsel. Dugaan adanya kandidat yang melakukan pemborongan partai dapat dilihat sebagai upaya penghapusan hak politik seseorang. Tak hanya itu, upaya penjegalan juga memastikan hak pilih masyarakat kepada kandidat yang disukainya.
Lebih dari itu, opsi kotak kosong sejujurnya tidak menjadi masalah. Kotak kosong bagian dari fenomena demokrasi kita dewasa ini. Masalahnya adalah diduga ada operasi politik agar kandidat lain gagal bertarung. Praktik kotor demikianlah yang mesti kita lawan dan perangi bersama.
Lagi pula Pilgub ini hambar rasanya jika hanya diikuti oleh orang-orang lama. Bukankah demokrasi kita butuh peningkatan kualitas? selain itu, kehadiran orang -orang baru di Pilgub Sulsel menambah opsi pilihan.