Sampah dan Budaya Konsumtif, dari “Kids Zaman Now” hingga Berbagai Kalangan di Kota Makassar


[ ilustrasi : youthmanual.com]

Perilaku konsumtif adalah satu hal yang tak dapat dielakkan bagi mayoritas manusia,khususnya yang berdiam di kota besar.Perilaku ini yang kemudian menjadi suatu masalah serius yang perlu diperhatikan oleh kita semua,mengingat hal ini tidak bisa dihindarkan karena konsumsi manusia juga tidak dapat dihentikan.Di tiap kota di Indonesia,sampah yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif warganya masih saja menjadi persoalan rumit,meskipun dengan berbagai solusi dan inovasi dimunculkan,namun belum ada yang betul-betul efektif untuk menangani permasalahan ini.

Makassar merupakan salah satu kota dengan sekelumit persoalan tentang penanganan sampah,apalagi dengan statusnya sebagai kota Metropolitan.sampah di makassar seakan menjadi persoalan abadi yang tak pernah menemukan benang merahnya.hinga pada akhirnya sebuah Inovasi diluncurkan Pemerintah kota Makassar,Truk sampah TANGKASAKI.Armada mobil boks yang diberi nama TANGKASAKI ini merupakan singkatan dari Truk Angkutan Sampah Kita. Truk yang dilengkapi Global Positioniong System (GPS) atau sistem navigasi yang memanfaatkan satelit dengan kapasitas yang lebih besar dari truk sampah generasi sebelumnya ini kemudian menjadi angin segar bagi permasalahan sampah yang ada di Makassar.

Setelah adanya inovasi ini,memang banyak masyarakat di kota Makassar merasakan perubahan yang cukup baik dari penanganan sampah,namun bukan berarti permasalahan sampah terselesaikan dengan hadirnya truk ini.mengapa?,karena akar dari permasalahan sampah bukan pada ketersediaan armada yang menangani sampah ataupun berbagai inovasi yang diciptakan,semua kembali pada kesadaran individu,karena sehebat apapun inovasi yang diciptakan,jika kita terus menerus bersikap tak peduli dengan pentingnya penanganan sampah,persoalan sampah akan tetap menjadi persoalan klasik yang tak akan terselesaikan.memang tidak dapat dipungkiri jika terkadang ada rasa malas untuk memperhatikan masalah sampah,namun sudah seharusnya kita mulai untuk lebih memperhatikan masalah ini,dimulai dari diri sendiri dengan mengurangi perilaku konsumtif.

Budaya kosumtif sendiri secara kasat mata jelas sekali sudah menggelayuti masyarakat dari berbagai kalangan,mulai dari generasi masa kini yang belakangan ini populer dengan sebutan “Kids Zaman Now” hingga berbagai kalangan dan lapisan masyarakat di perkotaan.tidak kita pungkiri,di Makassar pusat perbelanjaan semakin banyak bermunculan,ini tidak lain disebabkan oleh perilaku masyarakat sendiri yang lebih senang menghabiskan waktunya untuk berbelanja,bahkan saat barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.

Lebih parahnya lagi dengan banyaknya produk di pasaran yang menggunakan kemasan yang tak ramah lingkungan yang kemudian menciptakan tumpukan sampah yang sulit terurai dan dampak dari sampah yang tidak terurai tersebut kemudian meningkatkan volume  sampah.,ditambah lagi masih minimnya kesadaran kita dan kemauan untuk mengolah sampah,minimal memilahnya terlebih dahulu.padahal berbagai cara dapat kita lakukan.sederhananya dengan menerapkan pola penanganan sampah 4R yaitu :

Replace ( Mengganti ),barang-barang yang tidak tahan lama dan bisa menghasilkan banyak sampah diganti dengan bahan yang awet dan menghasilkan hanya sedikit sampah

Reuse ( Memakai Kembali ),yaitu memanfaatkan kembali barang yang telah terpakai untuk membuat barang lain yang bermanfaat. Misalnya kerajinan tangan, dan mainan.

Reduce ( Mengurangi ),yaitu dengan mengurangi pemakaian barang agar sampah yang dihasilkan akan berkurang juga.

Recycle ( Mendaur Ulang ),yaitu mengolah sampah menjadi barang baru yang bermanfaat.

Melihat berbagai fenomena yang ditimbulkan oleh sampah,kita sudah sepatutnya sadar dan menyikapi budaya konsumtif agar tak lagi menjadisupplier sampah. mulai untuk lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan dan menanamkan sikap tanggung jawab terhadap keberadaan sampah di sekitar kita,jangan membuat kondisi lingkungan kota daeng menjadi sakit bahkan sampai sekarat karena sampah,sudah saatnya kita mewujudkan Makassar tidak rantasa’ yang sesungguhnya.jangan jadikan kata “Perubahan” hanya menjadi slogan para calon pejabat,karena kita semua dapat menciptakan perubahan,bukan hanya mengharapkan perubahan.

 

Penulis, Arjan Muhammad. Tulisan ini merupakan karya esai yang dilombakan pada kegiatan Makassar Literasi Award