Pemanfaatan Media Sosial dalam Penanggulan Sampah : Teknologi sebagai Langkah Cerdas Peduli Lingkungan


[Ilustrasi : Mobil Tangkasaki Makassar]

Teknologi telah memicu perubahan besar dalam dunia saat ini, sejak abad kedua puluh satu yang dikenal sebagai era informasi memicu segala aktivitas masyarakat dengan berbasis digital. Akibatnya adanya perubahan gaya hidup masyarakat terutama dibidang informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat  memanjakan masyarakat dalam melakukan segala aktivitas dengan sangat mudah. Tidak terkecuali dalam hal menerima informasi dan berkomunikasi, adanya teknologi menjadikan masyarakat sangat mudah memenuhi segala kebutuhannya.

Teknologi yang berkembang selalu berawal dari kehidupan masyarakat perkotaan. Hal ini didasari oleh gaya hidup masyarakat kota yang selalu memposisikan diri sebagai konsumen nomor satu. Survey menjawab bahwa masyarakat kota lebih cepat menggunakan teknologi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Dengan demikian, masyarakat kota lebih mudah mengakses informasi dan lebih mudah berkomunikasi dalam segala hal, tidak terkecuali dalam hal pekerjaan. Penggunaan teknologi yang sangat dominan pada saat ini adalah penggunaan media sosial. Kehadiran media sosial menuntut masyarakat untuk wajib menggunakan, hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan informasi dan berkomunikasi dimudahkan dengan kehadiran media sosial. Salah satu contoh kecil kemudahan dengan adanya media sosial yaitu informasi dapat kita dapatkan kapan dan di mana saja, dan untuk berkomunikasi hanya memerlukan waktu singkat.

Dari kemudahan yang didapatkan masyarakat perkotaan di atas, ada masalah besar yang hadir jauh sebelum teknologi hadir dikehidupan masyarakat, yaitu masalah persampahan. Sampah menjadi masalah besar perkotaan saat ini, tidak terkecuali kota Makassar, khusus kota Makassar dengan jumlah penduduk 1,4 juta jiwa. Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar pada tahun 2014 menyampaikan volume sampah di Kota Makassar bertambah dari 600 ton per hari menjadi 800 ton perhari. (sumber Makassar, Tribun-Timur.com).

Data di atas dapat menjadi acuan untuk menganalisis masalah besar di kota Daeng ini, jika setiap harinya masyarakat kota Makassar memproduksi sampah sebanyak data di atas, maka sampah akan terus hadir bahkan terus bertambah di tengah-tengah masyarakat. Yang menjadi ketakutan terbesar adalah jika jumlah sampah lebih besar dari jumlah pengangkut sampah maka tidak menutup kemungkinan sampah-sampah akan berserakan dan mengalami penumpukan di tengah-tengah masyarakat, seperti masyarakat kompleks, masyarakat pemukiman kumuh, sampai pada masyarakat di perumahan elite sekali pun.

Masalah tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat buruk terhadap masyarakat kota Makassar, dampak yang dapat ditimbulkan dari permasalahan sampah menumpuk yaitu kesehatan. Nah, peristiwa seperti ini dapat merusak masyarakat kota mulai dari jenjang anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia.

Solusi yang ditawarkan pemerintah untuk penanggulangan sampah di kota-kota besar yaitu dengan penerapan 3R, terdiri dari Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Contoh mengurangi pemakaian barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan seperti pembelian baju, aksesoris, dan sepatu kulit. Reuse sendiri berarti menghemat pemakaian, contohnya memberikan baju yang masih layak digunakan tetapi kekecilan dapat diberikan kepada saudara. Tindakan seperti ini akan membantu mengurangi penumpukan sampah. Recycle mendaur ulang barang, contoh mendaur ulang botol minuman untuk dijadikan pot bunga, tindakan seperti ini akan mengurangi penumpukan sampah plastik (Kompasiana). Tindakan 3R sebagai langkah untuk mengurangi penumpukan sampah di kota besar menjadi harapan pemerintah untuk penanggulangan sampah. Namun, sampai pada saat ini sampah tetap menjadi fenomena besar, kurangnya kesadaran masyarakat untuk penerapan 3R ini membuat pemerintah harus terus memutar otak mencari alternatif lain yang lebih mampu menanggulangi penumpukan sampah.

Oleh karena itu, alternatif yang paling dibutuhkan masyarakat kota. Terkhusus kota Makassar untuk meminimalisir sampah yang menumpuk dan sampah berserakan adalah kelincahan dan kecepatan atau bisa dikenal dengan Tangkasaki dalam mengambil sampah-sampah yang menumpuk dan berserakan. Tetapi kendala untuk program Tangkasaki pada pembersihan kota adalah kurangnya informasi dan komunikasi antara pemerintah dan petugas. Para petugas kebersihan hanya melihat dan membersihkan kota pada jalan-jalan umum dan tempat-tempat yang tampak secara jelas saja. Mereka tidak melihat penumpukan sampah pada titik-titik yang jauh beresiko jika tidak segera ditangani seperti perumahan, kompleks dan lain sebagainya. Titik yang tidak tampak ini harus segera ditangani untuk mengurangi dampak pada masayarakat. Sebagai petugas kebersihan kejelian akan titik-titik ini harus diprioritaskan pula.

Nah, untuk kemudahan menjangkau titik seperti ini, ada alternatif yang bisa kita gunakan agar kiranya petugas kebersihan lebih dekat dengan masyarakat yang ingin diselamatkan. Menggunakan teknologi untuk pengangkutan kebersihan akan memudahkan mengetahui segala titik yang beresiko penumpukan sampah, dalam hal ini Kepala Dinas Kebersihan Kota Makassar dan semua yang bertugas harus menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah kota Makassar seperti camat, lurah, dan Rt/Rw. Untuk kemudahan informasi dibutuhkan akses yang mudah dan cepat yaitu adanya aplikasi Tangkasaki atau lebih spesifik pemanfaatan sosial media untuk pembersihan secara cepat pada semua titik.

Kepala Dinas Kebersihan Kota Makassar atau staf yang bertugas harus memantau dari akun sosial media ini mengenai daerah-daerah yang membutuhkan pembersihan atau pengangkutan sampah. Jadi, akun ini harus diakses oleh setiap pemerintah kota Makassar mulai dari kepala dinas, staf, petugas kebersihan, camat, RT/RW agar mereka segera melaporkan ke Kepala Dinas Kebersihan ataupun staf yang dipercayakan tentang titik-titik yang harus ditanggulangi secepatnya. Dengan mengirim lokasi dan foto sampah yang harus ditanggulangi maka dengan mudah staf yang bertugas untuk menghubungi petugas agar segera berada di lokasi. Alternatif pemanfaatan sosial media ini akan memudahkan informasi dan komunikasi antara pemerintah, petugas kebersihan dan masyarakat dalam menanggulangi sampah-sampah yang menumpuk dan yang akan berakibat buruk.

 

Penulis, Eka Yulianti Bur. Tulisan ini merupakan karya esai yang dilombakan pada kegiatan Makassar Literasi Award