Makassar sebagai kota dunia. Kurang lebih begitu frase yang kita sering kita dengar. Ia adalah cita-cita yang selalu didengungkan oleh Walikota Makassar, Moh Ramdhan Danny Pomanto. Tapi untuk menunjukkan Makassar berkelas di ranah Internasional rasa-rasanya tak mudah. Butuh totalitas dan kerja yang selain keras, juga kerja cerdas.
Satu dari kerja itu yakni diadakannya Makassar Internasional Eight Festival atau biasa disingkat Festival F8. Program F8 merupakan variabel yang dicetuskan Walikota Makassar untuk memperkenalkan Makassar. Baik itu dari sisi budaya, sosial, ataupun perekonomian. Adanya F8 ini menunjukkan Makassar merupakan destinasi yang sangat menarik.
F8 pada dasarnya ialah rangkaian agenda Internasional yang terdiri dari Film, Food & Fruit, Flora and Fauna, Folk, Fine Arts, Fushion Music, Fiction Writers and Font. Acara ini dilaksanakan di tempat yang menjadi ikon Makassar, Pantai Losari. Peserta yang hadir dalam acara ini mencapai 300 ribu untuk F8 perdana. Di F8 2017, karena penambahan ruangan, F8 berhasil mencapai 1,2 juta penikmat. Sebuah agenda yang wajar jika mendapat sorotan di dalam dan luar negeri. Bahkan, kata Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya, F8 telah mendapat pengakuan dari 75 negara.
Ketika Danny Pomanto mengatakan, “Festival 8 bukan hanya sekadar festival, namun merupakan peristiwa kebudayaan dan peradaban baru Indonesia,” sejatinya yang diterawangnya ialah Makassar Bisa Ton Ji. Makassar mampu menunjukkan kelasnya di ranah Internasional. Buah kerja keras ini, membuka peluang bagi Makassar dengan negara lain. Kata pengamat Ekonomi Universitas Hasanuddin, Prof. Marzuki DEA, F8 merupakan event internasional yang bergengsi, sehingga memberikan citra dan implikasi yang baik bagi pembangunan Sulawesi Selatan. Hal ini memberikan peluang terbukanya kontrak bisnis antara pelaku bisnis baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara pemerintah dengan pebisnis.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Ekonomi Kreatif merupakan bahasan yang sering digadang-gadang oleh pemerintah. Di kondisi perekonomian kebangsaan ini, Makassar patut berbangga karena peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menjadi 7,9 persen. Maka hadirnya F8 menjadi satu dari jawaban untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adanya Festival F8, pemberdayaan potensi para pelaku usaha dan komunitas kreatif dapat kita saksikan. Tercatat, Pada F8 2016, perputaran uang tunai mencapai Rp 5 Miliar. Memasuki tahun 2017, transaksi uang meningkat mencapai Rp 7 miliar. Tak heran, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI, Triawan Munaf memuji ide Wali Kota Makassar, Ramdhan Pomanto.
Jika kita menganalisis Program F8 lebih dalam, sejujurnya festival ini mempunyai banyak komponen untuk melihat potensi daerah dan masyarakat Sulawesi Selatan. Sebut saja pada ruang Fiction Writers. Sebelum dibukanya F8, panitia yang bertugas di Fiction Writers menginisiasi proyek pembuatan buku yang akan diluncurkan saat F8 nanti. Proses pembukuan dimulai dengan menyebarkan informasi di media sosial tentang pengumpulan karya. Karya yang terkumpul diseleksi oleh para kurator dan diterbitkan. Hingga, pada F8 2016 terbit sebuah buku berjudul ‘Surat Cinta untuk Makassar’ (de La Macca Press). Pada F8 2017, buku yang terbit berjudul ‘Tentang Yang’ (Penerbit Garis Khatulistiwa). Kedua buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dari beberapa orang yang telah diseleksi.
Proyek pembuatan buku ini selain menjaring siapa penulis muda dan berpotensi di Sulawesi Selatan, juga sebagai ajang untuk menyebarkan virus literasi di Makassar. Dengan kata lain, secara tidak langsung, adanya ruang literasi ini dapat menumbuhkan minat baca seseorang. Apalagi dengan disediakannya space bagi toko buku dan lapak baca.
Dalam ruang lain, ruang yang menjadi sorotan yakni Ruang Flower. Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, Sri Sulsilawati, ada sekitar 22 ribu bunga yang telah disebar pada Festival F8. Pengenalan bunga-bunga ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di setiap lorong. Outputnya yakni, penanaman bunga di lorong bisa bernilai ekonomis tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di lorong-lorong.
Selain itu, potensi lainnya dengan diselenggarakannya F8 ini yakni potensi pariwisata. Masuknya F8 dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017 menjadikan Makassar sebagai kawasan dengan potensi wisata yang mumpuni dan masuk sebagai penyelenggaraan festival terpopuler bersama 10 daerah lainnya seperti Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Festival Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Jakarta Fashion and Food Festival, Kota Jakarta. Festival Isen Mulang, Kalimantan Tengah. Festival Danau Kalimutu, Kabupaten Ende. Buleleng Festival, Kabupaten Buleleng. Festival Sriwijaya, Sumatera Selatan. Sawahlunto International, Songket Carnival, Kota Sawahlunto. Festival Pacu Jalur, Kabupaten Kuantan Singingi.
Tidak hanya masuk dalam kategori festival terpopuler, beberapa kategori lainnya masuk dalam penganugerahan Pesona Indonesia tahun 2017 di antaranya, Surga Tersembunyi Terpopuler, di mana di dalamnya Pulau Kodingareng Keke di Kota Makassar. Kategori lain yang disabet Makassar yakni sebagai Objek Wisata Terbersih, Situs Sejarah Terpopuler, Makanan Tradisional Terpopuler, Tempat Menyelam Terpopuler, Tempat Berselancar Terpopuler, Tujuan Wisata Baru Terpopuler, Kampung Adat Terpopuler, Minuman Tradisional Terpopuler, Obyek Wisata Belanja Terpopuler, Obyek Wisata Unik Terpopuler, dan Promosi Digital Terpopuler.
Dengan prestasi-prestasi tersebut, kita perlu mengapresiasi kerja Pemerintah Kota Makassar. Kota Makassar bisa menunjukkan kelasnya dalam ranah Internasional dan layak untuk diperhitungkan.
Penulis, Muhammad Hidayat. Tulisan ini merupakan karya esai yang dilombakan pada kegiatan Makassar Literasi Award