“Yeah hujan..Horeee..”
Dulu, saat masih kecil, waktu yang paling saya tunggu bersama teman-teman adalah waktu ketika hujan. Bahkan tingkat kebahagian kami bertambah saat hujan turun makin derasnya. Aneka kegiatan pun dilakukan, mulai dengan bermain bola, kejar-kejaran dan saling lempar pasir. Apabila telah terjadi genangan, kami pun mengambil buku tulis sekolah, merobek lembaran bagian tengahnya lalu membuat bentuk perahu, yah perahu kertas, setelah perahu jadi maka selanjutnya kami hanyutkan di air, ah…sungguh senangnya.
Sekarang, saat sudah remaja yang tak lama lagi beralih menuju dewasa. Ketika hujan turun, lisan pun kadang dengan entengnya mengeluarkan keluhan, cacian, bahkan kutukan terhadap hujan, menganggap hujan bagaikan musuh yang paling patut dibenci. Berawal dari saluran tersumbat, akibatnya terjadi genangan di mana-mana, jalanan macet hingga sulit kemana-mana, tubuh jadi tak sehat, aktivitas pun terhambat.
Dulu, iya dulu…saat hujan turun, kami sangat riang gembira bermain bersama hujan, tak ada keluhan, tak khawatir sakit, tak peduli larangan siapapun walau setelah itu kami pun dapat omelan dan cubitan dari Ibu. Tapi hal itu tak mengapa bagi kami karena sebentar lagi pasti berakhir pelukan yang begitu menghangatkan.
Sekarang, saat hujan turun, kami pun sangat takut basah lalu inisiatif utama adalah *cekrek* sebuah cahaya secepat kilat hape pun menyambar, lalu ditindislah huruf pada layar.
“Olala hujan lagi.”
“Emdede nda jadi keluar.”
“Deh..bagaimana ini caraku pulang?”
Kemudian cukup klik share, ditunggulah like, tak lama kemudian hanya berselang beberapa menit, kolom komentar pun ramai…
”Iyo weh..saya juga terjebak hujan di sini.”
“Deh..parah hujannya weh.” “
Akhirnya kolom komentar pun berisi keluhan, cacian, bahkan kutukan terhadap hujan. Hujan pun jadi tersangka…
Dulu, hujan adalah sumber kebahagiaan kami
Sekarang, hujan bagaikan sumber penderitaan
Dulu, hujan adalah kawan bermain kami
Sekarang, hujan bagaikan lawan yang harus diwaspadai
Dulu, saat terjadi genangan kami pun bahagia dan membuat bentuk perahu dari kertas.
Sekarang, bentuk perahu dan semacamnya telah dibentuk jadi bangunan. Maka mohon jangan salahkan hujan ketika terjadi genangan.
Dulu, genangan air hujan membuat kenangan indah masa kecil yang patut diceritakan.
Sekarang, kenapa genangan air hujan malah menjadi hal yang sangat perlu diwaspadai bahkan diberitakan?
Dulu..hujan, sekarang mungkin ujian
Mari bersama intropeksi dan ayo bermain hujan. ^.^
Penulis, Rizki Baharuddin