Makassarbicara.id, Makassar – Selamat, setelah sekian purnama, PC IMM Kota Makassar akhirnya dikukuhkan. Disclaimer, saya menyadari tulisan ini memuat kalimat yang menginformasikan sisi lain IMM.
Sebagian kader menyebutnya ’masalah dapur’. Meski demikian, harkat dan martabat organisasi jauh lebih penting, sehingga ’masalah dapur’ yang dimaksud mesti dibuka ke publik agar pelakunya tidak betah melakukan hal serupa.
Pentas Tahunan
Momentum musyawarah XXXII IMM Kota Makassar yang terlaksana tiga bulan lalu menyisakan banyak cerita. Pentas tahunan itu merupakan agenda terburuk sepanjang karir organisasi saya di IMM. Mengapa? Saya akan mengulasnya lebih lanjut.
Saat agenda berlangsung, ada begitu banyak ketimpangan yang menampakkan perangai buruk sebagian kader. Para pelakon ‘politik praktis’ beraksi dan bertindak yang berefek terhadap konstalasi permusyawaratan.
Bayangkan saja, beberapa peserta penuh harus ‘diculik’ oleh oknum-oknum tertentu. Tujuannya hanya satu, cuci otak agar beralih pilihan.
Masalahnya bukan pada final chosen, melainkan cuci otak dengan cara pembusukan karakter. Black campaign dilakukan tidak hanya satu orang, bahkan dikerjakan secara berkelompok.
Figur-figur tertentu harus menelan pahitnya fakta. Beberapa informan mengaku menerima informasi, bahwa kandidat A atau B memiliki perlakuan buruk terhadap IMM.
Anda bisa bayangkan sendiri, kebesaran nama IMM harus tercoreng oleh kelakuan para pelakon, bak duri dalam daging.
Setelah terlibat begitu dalam, saya menyadari, dibalik kebebasan dan kemerdekaan yang selalu kita gaungkan, ternyata diamputasi pada momentum musyawarah.
Beberapa kader yang telah purna struktural ternyata masih turun lapangan. Kehadiran mereka tentu hanya merecoki dan merusak suasana.
Saya sendiri tak mempermasalahkan kehadiran mereka, sebab silaturahim mencipta kehangatan. Hanya saja, ‘kelompok tua’ yang merasa bisa mengatur jalannya musyawarah itulah yang masalah. Biang keladi perusak suasana, bukan hal baru, namun berkali-kali.
Kita ibarat berputar dalam lingkaran setan, seolah tak tahu jalan keluar.
Konflik Periodik
Musyawarah yang terlaksana setiap tahunnya, juga selalu diiringi dengan konflik yang terus berulang. Paling tidak konfliknya sudah terbaca, yang biasanya mengangkat isu sentimen asal kampus, gerbong, maupun pembusukan karakter (black campaign).
Hal ini mungkin dianggap biasa saja, tapi efek dari pada konflik ini sangat merugikan kader IMM Kota Makassar.
Kekosongan Kepemimpinan
Selama tiga bulan IMM Kota Makassar layaknya kehilangan induk. Hal ini dapat dirasakan bersama, dengan tidak adanya sumbangsi ataupun gerakan PC IMM Kota Makassar dalam merespon permasalahan yang ada di Kota Makassar.
Macet Kaderisasi
Sebagai organisasi kaderisasi, kehadiran PC memiliki tupoksi mengembangkan dan mempersiapkan anggotanya menjadi kader yang kompeten.
Darul Arqam Madya serta Pelatihan Instruktur Dasar mestinya bisa terlaksana masing-masing sekali.
Tapi karena struktural PC yang tidak jelas selama beberapa bulan ini, maka berdampak juga pada stagnannya perkaderan.
Perpecahan di Akar Rumput
Konflik musyawarah membuat hubungan sesama kader menjadi renggang, dan berdampak pula pada kurangnya kader yang berkontribusi pada kegiatan yang dilakukan oleh PC pasca musyawarah.
Penyebab Permasalahan
Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan beberapa rekan, hal ini terjadi karena masih kuatnya pengaruh para senior dalam perampungan struktur kepengurusan.
Ada senior yang belum sepakat, jika pada posisi bidang tertentu diisi kader yang tidak sejalan dengan gerbongnya.
Kader IMM yang hendak berstruktural pada level PC nampak bocah yang tak tahu menentukan sikap. Kelompok senior yang tak tahu diri juga sepertinya keasyikan mengatur jalannya permainan.
Sementara itu, hal yang tidak disadari adalah efek kekosongan kepemimpinan berdampak buruk ke akar rumput.
Maksud saya, jika anda adalah senior pengangguran yang kurang kerjaan, setidaknya IMM jangan jadi tumbal praktik ‘politik busuk’.
Meludah ke Langit, Terciprat di Wajah Sendiri
Usai pelantikan DPD IMM Sulsel pada 26 November 2022 lalu di Parepare, maka terbit pula tulisan Kabid Hikmah PC IMM Kota Makassar yang mengkritisi hadirnya bidang siluman yang tidak disepakati di Musyawarah.
Musycab IMM Kota Makassar mengalami hal serupa. Beberapa bidang yang tercantum didalam Tanfidz Muktamar tidak diperadakan.
Hal itu disepakati pada agenda Sidang Komisi. Tentu saja, bidang yang tak dihadirkan memiliki alasan yang jelas, yakni tuna guna dan bisa diakomodir bidang lain.
Setelah beberapa bulan mangkrak, beredar kabar rencana pelantikan.
Kabar itu diiringi juga dengan adanya penambahan Bidang Hukum dan HAM yang sebelumnya ditolak. Selain bidang, juga hadir posisi siluman, yakni Wakil Sekretaris.
Saya menduga, langkah itu diambil guna menyelesaikan konflik penyebab PC yang tak kunjung dilantik.
Menurut pandangan penulis, alasan ini tidak bisa dibenarkan. Jika alasannya untuk kebutuhan kader, kenapa tidak diperjuangkan saat sidang berlangsung?. Dimana kader-kader yang katanya butuh bidang ini sehingga hasil Musycab tidak memperhatikan bidang tersebut?.
Selain itu, pelanggaran hasil Musycab ini hanya untuk memenuhi birahi politik segelintir orang. Tak habis pikir, ada yang rela melacuri akal budinya demi kepentingan sementara, sadarlah.
Melihat realitas tersebut, DPD IMM Sulsel dan PC IMM Kota Makassar sama saja, penghianat hasil musyawarah. Hal ini tak boleh dibiasakan, sebab keburukan yang dilakukan berulang akan dibenarkan oleh mereka yang pendek akal.
Penulis: Sulaiman Saputra - Ketua Umum Pikom IMM Psikologi UNM