*Oleh Faisal Akbar
MAKASSARBICARA.ID – Pernah gak dengar “hati-hati lo sama dia soalnya dia gemini, muka dua” atau “wajar sih kalo gue punya sifat suka memerintah gue kan Leo?”. Selain dua ini, masih banyak lagi ramalan atau deskripsi zodiak yang bisa menggambarkan diri kita semua.
Lantas kenapa masih banyak orang percaya padahal dalam agama, terutama IsIam, mengatakan percaya pada zodiak, ramalan dan sejenisnya itu perbuatan syirik. Di sini saya bukan ingin menjelaskan dari sisi agama. Tapi, biasanya kalau dalam agama sudah dilarang, perbuatan tersebut akan ditinggal atau minimal dibatasi.
Berangkat dari larangan dalam agama tersebut saya punya keheranan. Banyak orang tidak mau minum alkohol, berjudi, bahkan merokok, tapi masih percaya dengan zodiak, terutama Generasi Z. Mudah saya temui, misal bercerita dengan teman seperti contoh tadi atau sekedar upload story tentang zodiak dirinya.
Menariknya, ternyata kebanyakan Gen Z ini menjadikan zodiak sebagai tameng mereka saat gagal atau tidak mampu melakukan sesuatu. Misal “Lo sih, enak bisa public speaking, lo kan Gemini, beda sama gue yang Virgo”. Sebaliknya, mereka akan memberi kredit kepada zodiaknya saat mereka mendapatkan keberhasilan.
Tidak hanya di situ saja. Gen Z juga menggunakan zodiak sebagai wadah untuk mendapatkan kepastian. Sudah sewajarnya jika kita sebagai manusia selalu ingin mendapat kepastian dalam kehidupan. Misalnya masalah keuangan, “percaya akan ada income yang menghampirimu saat kamu sedang kesusahan”.
Tapi, pernah tidak kalian berpikir kenapa zodiak, ramalan atau deskripsi tersebut bisa sesuai dengan yang dirasakan orang-orang?
Ternyata itu semua disebabkan oleh efek Barnum. Mengutip dari study.com, efek Barnum adalah kecenderungan alami seseorang untuk berpikir bahwa deskripsi kepribadian yang umum atau samar-samar berlaku khusus untuk dirinya sendiri. Efek Barnum berhasil karena pernyataannya bersifat umum. Misalnya saja, pernyataan “lo akan memiliki pengeluaran tak terduga”, memang benar bagi sebagian besar orang. Sehingga sebagian besar orang akan dengan cepat menerima pernyataan tersebut sebagai kebenaran bagi diri mereka sendiri.
Kombinasi beberapa faktor menyebabkan efek Barnum. Salah satu faktornya adalah ketidakjelasan pernyataannya. Yang lainnya adalah validasi subjektif atau kecenderungan untuk mempercayai pernyataan berdasarkan perasaan pribadi dan bukan fakta objektif.
Sebenarnya hal tersebut bisa terjadi pada generasi lainnya, akan tetapi penggunaan zodiak sebagai validasi lebih sering saya jumpai padan Gen Z. Padahal pontensi Gen Z sangat besar. Tapi, Gen Z tidak mengembangkan potensi tersebut karena terpaku oleh validasi zodiak. Bahkan yang paling parah, tak jarang validasi zodiak tersebut diyakini sebagai takdir.
Penulis merupakan Presiden BEM FIP UNM.