Jangan Biarkan Makassar Mundur (Lagi ) Karena Sampah!


Oleh : M. Ahsan Agussalim* 

Apa Kabar Fasilitas Lingkungan Makassar ?

“Jangan biarkan Makassar mundur lagi, Makassar dua kali tambah baik”. Adagium tersebut tentu tak asing lagi di telinga warga Makassar. Seolah mengisyaratkan suatu tantangan kepada seluruh warga Makassar, agar secara kolektif membangun kota ini yang telah dijuluki sebagai kota metropolitan pada kawasan Indonesia Timur. Agar berbenah menjadi lebih baik dengan semangat inovasi. Namun pastinya semangat tersebut juga harus akan terus berlanjut, hingga beberapa generasi mendatang. Demikian pesan singkat yang saya tangkap, dari adagium tersebut yang berasal dari sesosok individu yang hangat, ramah, mudah bergaul dan akrab disapa sebagai ‘anak lorong-na Makassar’. Yakni Mohammad Ramdhan Pomanto (Dany Pomanto), eks Walikota Makassar yang telah beberapa bulan lalu menanggalkan masa jabatannya.

Moh Ramdhan Pomanto, sebagai salah satu sosok Walikota Makassar yang pernah berkiprah dan berkontribusi bagi perkembangan Kota Makassar. Saya menganggap, cukup memberikan suatu kesan tersendiri, bagi setiap individu masyarakat Makassar selama masa jabatannya, dengan beragam karyanya yang sampai saat ini masih eksis (boleh dikata sudah monumental, karena tidak lagi dibawah pengawasannya secara langsung namun masih tetap beroperasi) dan memiliki keunikan tersendiri khususnya dalam mengawal lingkungan masyarakat agar asri dan sehat.

M Ahsan Agussalim, Penulis Makassarbicara.com

Seperti adanya pengadaan kendaraan sampah yang dioperasikan, tidak hanya sekadar berjalan secara fungsional saja. Sebagaimana angkutan sampah pada umumnya (mobil kontainer). Namun kendaraan sampah tersebut bahkan dibranding dengan menggunakan bahasa lokal Makassar yang dinamai dengan mobil TANGKASAKI (Truk Angkutan Sampah Kita). Kalau kita melihat upaya tersebut sangatlah unik. Sebab memberikan daya tarik secara estetik bahwasanya kendaraan yang selama ini masyarakat menganggapnya sebagai kendaraan kumuh.

Kini stigma kumuh tersebut perlahan tereduksi oleh keunikannya. Dengan warna merah yang cerah, ditambah corak tulisan lontara yang khas sepanjang dinding bak truk, serta operator dari truk TANGKASAKI ini sangat koperatif terhadap masyarakat setempat. Bahkan kapasitas muatan sampah dari truk tersebut, terbilang cukup memungkinkan untuk memuat sampah yang banyak, yang diproduksi oleh masyarakat setiap harinya. Hingga akhirnya, lambat laun masyarakat Makassar mampu mengandalkannya dan merasa nyaman atas kehadirannya.

Jika di darat ada mobil TANGKASAKI sebagai kendaraan pengangkut sampah yang mampu mengakomodir produktifitas sampah masyarakat, lain halnya pada wilayah perairan. Dengan konsep yang sama. Masyarakat mengenalnya sebagai PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah) yang secara khusus, menangani sampah pada wilayah perairan dan tak jarang juga menjangkau daerah kepulauan terdekat, yang berada pada wilayah Kota Makassar.

Belum lagi dalam masa jabatan beliau. Begitu banyak menginspirasi dan menstimulasi masyarakat Makassar, untuk bersama-sama menciptakan kondisi lingkungan yang tidak hanya bersih dan bebas sampah. Namun juga indah dipandang. Seperti adanya inisiatif warga setempat di beberapa kecamatan yang padat dengan lingkungan lorong. pak Danny mengajak masyarakat Makassar, untuk menyukseskan capaian masa pemerintahannya dengan program “lorong garden”. Dan masih banyak lagi yang telah diupayakan oleh beliau demi menjaga stabilitas lingkungan Kota Makassar seperti kantongisasi sampah.

Berangkat dua inovasi dari sekian banyak inovasinya, ditambah dengan upayanya menstimulus masyarakat Makassar dengan kampanye Lorong Garden dan kantongisasi sampahnya, layak kita katakan bahwa beliau, Danny Pomanto tidak hanya sekadar menjalankan tugasnya sebagai tokoh pemerintahan yang normatif sebagaimana tokoh pemerintahan pada umumnya, yang terkadang hanya fokus kepada akselarasi pembangunan dan infrastruktur elitis.  Namun juga menunjukkan kepada kita semua khususnya masyarakat Makassar.

Bahwa di masa jabatannya Danny Pomanto benar-benar memiliki integritas dan program terintegrasi yang tidak hanya terfokus pada pembangunan dan infrastruktur kota, namun juga terdapat sebuah inovasi unik dalam membangkitkan  kesadaran terhadap lingkungan masyarakat.

M Ahsan Agussalim, Penulis Makassarbicara.com

Sampah dan Polemik Eksistensi Kota Makassar 

Apa yang telah saya paparkan sebelumnya, mengenai keberhasilan ‘Danny’  dalam menghasilkan karya-karyanya yang inovatif dalam aspek lingkungan Kota Makassar bukan bermaksud untuk mengkultuskan beliau secara over, bahkan mempengaruhi persepsi politik para pembaca, melainkan saya hanya membantu dan mencoba untuk menunjukkan secara objektif dan menyampaikan, bahwa apa yang menjadi karya dan capaian oleh masa pemerintahan sebelumnya terlepas siapa dan bagaimana sosoknya setelah menjabat.

Jika ternyata diyakini secara bersama-sama jika karya dan programnya akan dan masih membawa dampak perubahan secara signifikan terhadap tatanan daerah bahkan masih menginspirasi, baiknya untuk terus dikembangkan dan diperbaharui serta diorientasikan sebaik mungkin agar tepat sasaran.

Selama itu masih konten programnya sesuai dengan dan karakteristik permasalahan daerah yang dihadapi tentu tidak ada salahnya untuk terus dioperasikan. Dibanding membuat beribu program dengan anggaran yang fantastis. Namun satupun tak memiliki dampak positif terhadap masyarakat. Buat apa ? dan kenyataannya, sekarang seluruh infrastruktur lingkungan yang dulunya diupayakan Danny, perlahan mulai tak terurus.

Terdapat informasi mencengangkan, ternyata Kota Makassar diawal tahun 2019, gagal mendapatkan penghargaan Adipura.

Padahal prestasi Makassar pada tiga tahun terakhir, selalu memboyong piala Adipura. Ini cukup memberikan kita isyarat bahwa masyarakat Makassar harus lebih waspada dan lebih meningkatkan lagi perhatiannya terhadap kebersihan. Bisa jadi Kota Makassar dengan tidak meraihnya penghargaan Adipura pada tahun ini. Mungkin salah satu sebabnya Makassar teridentifikasi sebagai wilayah yang tidak lagi bersih dan steril dari persoalan sampah.

Membincang tentang sampah, seakan tak pernah ada habisnya. Sebab sampah akan terus terproduksi, seiring pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia yang dinamis. Atas alasan tersebut maka sampah akan menjadi sangat memungkinkan menjadi teman bagi hidup manusia atau bahkan menjadi musuh bersama. Tentu tergantung bagaimana menyikapinya, bagaimana proses pembuangan yang efektif dan menshortir sampah hingga ke pembuangan akhir.

Alangkah baiknya upaya pencegahan sampah terus digelorakan. Misalnya membuat kampanye-kampanye atau semacamnya yang membuat orang-orang tersadarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sejauh ini di Makassar sendiri, perhatian terhadap persoalan sampah begitu antusias. Bahkan kampanye sampah, tidak hanya massif digalakkan di tengah-tengah masyarakat komunal namun juga masuk dalam aspek pendidikan dengan menggaungkan kata-kata “Aku dan sekolahku tidak rantasa”. Pengaplikasian kata tersebut-pun dengan berbagai cara pada setiap sekolah.

Ada berupa gambar seni mural didinding halaman sekolah, ada yang hanya menggunakan papan nama dan diinstruksikan untuk dilekatkan setiap dada siswa yang bertuliskan “Aku dan sekolahku tidak rantasa” di beberapa sekolah tertentu. Sekalipun kata tersebut hanyalah sebuah kata sederhana yang sekedar membuat kita mengingat saja. Namun ketika terus digaungkan akan membuat para siswa dan orang tua murid bahkan para masyarakatpun akan tersugesti. Bukan hanya dalam bentuk ingatan namun juga dalam wujud gerakan.

Apapun bentuknya yang sempat dicetuskan ‘Danny’ semasa jabatannya tentu adalah secara keseluruhan upaya membawa Makassar bebas dari sampah dan menjaga lingkungan Makassar agar tetap steril dari segala macam penyakit yang dihasilkan oleh sampah. Meski ‘Danny’ tak lagi menjabat sebagai Walikota Makassar, sepatutnya  karya-karya  beliau terus menjadi inspirasi untuk menangani persoalan sampah.

Sebab sampah sekalipun variabelnya terkadang kurang menarik untuk diperbincangkan di kalangan tertentu apalagi di kalangan  elit pemerintaha, akan tetapi sangat berpeluang, membawa Makassar selangkah lebih mundur hanya karena sampah. Pastinya itu sangat memalukan.