Kader IMM UNM Demo Minta Aparat Kepolisian Berhenti Represi Sipil


Makassarbicara.id, Makassar – Delapan Pimpinan Komisariat (Pikom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dari Universitas Negeri Makassar (UNM) mendemo aparat kepolisian. Mereka meminta agar tak ada lagi masyarakat yang jadi korban represif dan brutalitas mereka.

Pantauan di lokasi, Rabu, 18 Oktober 2023, tepatnya dibawah Fly Over (FO) Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, massa aksi membawa satu spanduk bertuliskan ‘Stop Represif Aparat!!’. Mereka juga membakar sejumlah ban bekas.

Beberapa massa aksi juga sibuk membagikan selebaran informasi ke pengguna jalan. Isinya berupa edukasi dan informasi tentang tuntutan yang mereka bawa.

Sementara itu, sejumlah polisi tampak berjaga di lokasi. Pengguna jalan terlihat antri melewati celah jalan yang disediakan massa pengunjuk rasa.

Jenderal Lapangan (Jendlap) A. Idul Saputra menyebut aparat kepolisian dalam beberapa waktu terakhir telah banyak melakukan pelanggaran. Ia lalu menyebut beberapa contoh kasus pelanggaran yang berakibat pada turunnya kepercayaan sipil terhadap institusi kepolisian.

“Segala bentuk tindakan aparat yang meregang nyawa masyarakat, menembak hingga nyawa melayang, tak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Demokrasi kita menginginkan negara menjadi tameng untuk rakyatnya, bukan malah jadi serigala dalam kelompok domba,” kata Idul tegas.

A. Idul Saputra saat orasi

Belum lama ini, kata dia, hilangnya nyawa warga desa di Kalimantan Tengah sebagai contoh brutalnya aparat kepolisian saat melakukan pengamanan. Karena itu, dia meminta agar institusi ini dievaluasi dan dibenahi.

“Kasus tewasnya salah satu warga Seruyan di Kalimantan Tengah adalah bukti konkret, bahwa aparat kepolisian perlu diberi warning, mereka telah melampaui batas dalam melakukan pengamanan,” tegas Idul.

Warga Seruyan yang meninggal adalah warga lokal yang melakukan aksi protes pada salah satu perusahaan di wilayah itu. Oknum Polisi lalu melakukan penembakan yang berakibat tewasnya salah satu aksi massa.

Sementara itu, orator lain bernama Sulaiman Saputra menyoroti kasus rencana relokasi warga Rempang di Kepulauan Riau.

Beberapa pekan terakhir, kasus ini juga diributkan di jagat maya. Pasalnya, selain penolakan dari warga, beberapa oknum aparat kepolisian melakukan kriminalisasi hingga penembakkan gas air mata.

Korban tak hanya orang dewasa, termasuk juga anak-anak yang saat itu sedang di sekolah terkena gas air mata. Hal itulah yang memicu aksi protes yang lebih keras dari warga setempat.

“Mestinya, aparat kepolisian saat bertugas mengamankan tak membawa senjata api (Senpi). Karena yang dikawal kan masyarakat dengan tangan kosong,” tuturnya.

Kata Sulaiman, rentetan peristiwa itulah yang melatarbelakangi unjuk rasa yang mereka lakukan. Menurutnya, bukan tidak mungkin, tindakan serupa aparat kepolisian juga terjadi di Makassar.

“Unjuk rasa hari ini sebagai upaya preventif, kita menginginkan semua pihak belajar dari kasus-kasus di daerah lain. Jangan sampai warga sipil berbenturan lagi dengan aparat kepolisian,” pintanya.

Massa aksi lalu membubarkan diri saat menjelang petang. Mereka arak-arakan dari FO menuju Jalan Alauddin.