[Ilustrasi : Int]
Sabtu, 11 November, berita menggemparkan tentang terduga pasangan “mesum” di Cikupa, Tangerang mendadak jadi viral di sosial media. Peristiwa menjadi lebih heboh karena disertai dengan aksi memukul, mengarak, dan menelenjangi kedua pasangan ini.
Entah apa yang menjadi landasan dari manusia sehingga merasa pantas untuk menghakimi sesuatu yang terlebih dahulu sudah ia vonis sebagai sebuah kesalahan. Bermodal prasangka dan tanpa akal sehat, nyawa dan harga diri seseorang bahkan tidak lagi menjadi berharga.
Apa yang terjadi di Tangerang adalah peristiwa didasari oleh dugaan tanpa bukti. Menurut klarifikasi dari kepolisian setempat diketahui bahwa keduanya sedang tidak dalam posisi melakukan perbuatan mesum. Sang perempuan sedang menyantap makanan, sedangkan laki-lakinya berada di kamar mandi menggosok gigi.
Namun para manusia ini rupanya sudah kesetanan. Merasa bangga karena mengira telah menangkap basah kedua sejoli yang sedang bercinta. Bertindak persekusi, memaksa kedua pasangan tak bersalah ini mengakui dosa yang diciptakan oleh mereka yang menganggap diri sebagai Tuhan yang patut menghakimi.
Menyedihkannya lagi, pasangan ini dibuka paksa pakaiannya hingga tak tersisa selembar kain pun menutupi tubuh keduanya. Dalam keadaan telanjang, mereka diarak keliling dan dipukuli. Sungguh tindakan yang bar-bar!
Peristiwa ini juga tanpa malu direkam dalam video berdurasi 51 detik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab lalu mengunggahnya ke media sosial. Terbuat dari apa hati manusia yang tidak berfikir panjang untuk melakukan perbuatan sekeji ini? Dan dengan santainya berkata “ayo selfie” kepada korban yang sudah ia telanjangi paksa.
Perempuan yang menjadi korban dalam peristiwa ini sudah pasti sangat terguncang psikologinya. Ini akan menjadi luka yang selamanya basah dan berdarah. Perempuan mana yang rela setiap inci tubuhnya dinikmati banyak pasang mata yang bahkan tak ia kenal siapa. Tubuh miliknya secara buka-bukaan sengaja dipertontokan warga. Saya bahkan menjamin ada banyak lelaki mesum menjadi pelaku penggerebekan yang tak tahan birahinya. Benar-benar sengaja mengambil kesempatan dalam kesempitan. Biadab!
Hal baik apa yang dapat diperoleh dari hukuman bugil dihadapan banyak mata? Menghukum perbuatan yang diduga amoral dengan hukuman yang lebih amoral adalah tidak masuk akal. Ini pelecehan seksual namanya.
Beruntungnya polisi sigap dalam menangani kasus ini. Enam pelaku pun sudah ditangkap, dan mengejutkan sekali bahwa ternyata yang menjadi dalang dalam peristiwa menyakitkan ini adalah ketua RT setempat. Semoga memperoleh hukuman yang setimpal!
“Bahwa tubuh seorang perempuan bukanlah hal yang bisa seenak saja ditelanjangi oleh sembarang orang. Bahwa manusia tidak seharusnya mengurusi persoalan kelamin seseorang!”
Penulis. Miftahul Aulia, Mahasiswi Jurnalistik UIN Alauddin Makassar