Oleh Muh. Alif Afdinal Adam*
MAKASSARBICARA.ID – Manifestasi seorang manusia yaitu hendak dijadikan seorang pemimpin di muka bumi ini.
Mengingat dari ungkapan seorang Clifford Geertz yang mengatakan bahwa “Manusia Adalah Binatang yang tergantung dalam Jaring-Jaring yang telah dia buat Sendiri”, artinya manusia kadang kala membuat suatu aturan-aturan yang pada akhirnya manusia terjebak dengan aturannya sendiri.
Kejadian-kejadian hari ini sungguh sangatlah disayangkan, dikarenakan Sang Putri Partai membuat pernyataan yang bersifat merendahkan seorang Putra Pimpinan negara, yang harus menanggung rasa malu hingga dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut itu bersifat Motivasi ataukah Sentimen.
Hal ini membuat citra seorang pemimpin bisa saja dipandang buruk, seorang Putri pimpinan salah satu partai berani untuk memberikan sebuah sentimen yang bersifat pribadi bukan sebagai pemangku jabatan, apakah hal ini tidak dimengerti oleh seorang putri yang cantik, karismatik serta cerdas?
Hal ini akan terjadi jika klaim tentang dirinya yang memiliki sebuah sifat yang berkesesuaian dengan perilaku dari pribadi seorang putri.
Pemimpin negara hanya bisa Plonga-Plongo terkait kejadian-kejadian yang terjadi di negara hari ini, seorang pimpinan negara masih saja mengurusi partai yang hal ini sangat disayangkan dikarenakan kepentingan negara ini sangat perlu perhatian lebih ketimbang kepentingan partai.
Buruknya sistem pemberian kebijakan terkait persoalan Kerja tidak bersesuaian dengan slogannya, alhasil sang putra pimpinan negara hari ini memiliki sifat yang angkuh serta hanya mampu berpikir untuk memberikan stimulus kepada bangunan bukan kepada peningkatan taraf Manusia agar negara mampu mencerdaskan Kehidupan Berbangsa.
Kejadian ini dirasai sebagai sebuah momen yang sangat konyol, sang putri hanya dapat mengeluarkan sebuah statement yang bersifat Sentimen belaka, bukannya argumentasi yang memiliki bobot untuk memperjuangkan nasib bangsa ini kedepannya.
Berharap memikirkan perjuangan untuk rakyat akan terasa aneh ketika perjuangan ini hanya kembali kepada sang putri belaka.
Kepemilikan individu entah itu kecantikan maupun kepandaian harusnya tidak dilayankan kepada khalayak publik.
Jika standarisasi dari kecantikan dan kepandaian yang dimiliki oleh sang putri merupakan pernyataan atau asumsi dari rakyat maka wajar-wajar saja.
Kalau hanya bersifat klaim terhadap diri sendiri malah terkesan memaksakan untuk memberikan pandangan masyarakat kepada sang putri.
Kiranya Sang Putra dan Putri untuk mampu memikirkan nasib kedepan bangsa ini, kebijakan yang timpang perlu untuk diselidiki kembali.
Walaupun kami turut bangga setelah bertahun-tahun permasalahan HAM kini disorot, akan tetapi sifat konsisten dan keseriusan dari sorotan terhadap kasus-kasus itu masih perlu untuk dipertanyakan.
Dari banyaknya asumsi tentang siapa sosok dibalik pimpinan negara menjadi pertanyaan yang dipertengkarkan hingga saat ini, apakah sang putri? ataukah ada sosok yang lain yang masih bergentayangan, kiranya masyarakat dalam hal ini akan menjawabnya.
Penulis merupakan Presiden BEM LP3I Makassar