*Oleh Muhammad Ali
MAKASSARBICARA.ID – Setiap kita sebagai mahasiswa tidak akan terlepas dari jeratan waktu. Kita sebagai mahasiswa menyadari betapa cepatnya waktu berlalu, tidak terkejar, dan semakin habis.
Begitu cepatnya sebulan berlalu. Tidak terasa, semester satu dan dua telah terlewati, baru kemarin rasanya duduk di bangku kuliah dan sekarang sudah mengenakan seragam wisuda dan bertoga.
Sungguh banyak kesempatan yang kita lewati, kesempatan untuk meningkatkan keimanan, melakukan amalan saleh, kepekaan terhadap sosial, dan peningkatan kualitas kesabaran. Semuanya terlewatkan begitu saja.
Tidak bisa dipungkiri, tidak sedikit Mahasiswa yang jatuh ke dalam kerugian. Itulah realita yang terjadi di kalangan Mahasiswa hari ini, dimana kerugian terbesarnya adalah tidak memanfaatkan waktu dengan baik.
Upayakan agar setiap waktu yang kita lewati, itu bernilai ibadah disisi Tuhan. Sebab sungguh betapa banyaknya waktu yang berlalu tanpa bernilai ibadah. Kita bisa saja tidak terjatuh di dalam kerugian, ketika kita melakukan hal-hal positif dalam setiap aktivitas kita.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa banyak putra-putri Indonesia dari berbagai daerah menjadi Mahasiswa (muslim), tapi sekedar Muslim.
Artinya sekedar mengaku bahwa dirinya Islam tapi tidak menunaikan hak-haknya sebagai Mahasiswa yang beragama Islam.
Banyak mahasiswa muslim meninggalkan sholat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan, dan meninggalkan kewajiban lainnya.
Tentu konsekuensi sebagai mahasiswa yang beragamakan Islam harus selalu berupaya untuk menunaikan kewajibannya, sebagaimana tuntunan Al-Qur’an maupun hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah kita sebagai mahasiswa mengaku beriman kepada Allah, kita akan dituntut untuk selalu mengerjakan amalan-amalan baik.
Amalan baik apapun itu, yang jelas ikhlas dan tidak ada larangan mengerjakannya di dalam Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan dalam salah satu hadis Qudsi:
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan kejahatan, kemudian dia menjelaskannya: barangsiapa yang ingin berbuat baik, tapi belum kesampaian untuk berbuat baik, maka akan dituliskan baginya pahala yang sempurna, jika ia ingin melakukan kebaikan kemudian ia mengerjakannya, maka dituliskan baginya 10 kebaikan”.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa mestinya senantiasa menghadirkan rasa selalu ingin berbuat kebajikan untuk diri kita serta sesama mahasiswa yang lainnya.
Ketika kita telah melakukan kebaikan, baik kebaikan yang konsisten maupun belum, kita kembali dituntut untuk mengajak mahasiswa yang lainnya untuk sama-sama melakukan kebaikan.
Mengajak seseorang kepada kebaikan, tidak mesti menjadi seorang da’i atau ustadz yang memiliki keilmuan agama yang tinggi.
Kita sebagai mahasiswa Islam tentunya sudah tahu dasar-dasar Islam, setidaknya mengetahui bahwa shalat rawatib hukumnya wajib, sehingga ketika waktu sholat telah tiba, kita bisa mengajak mahasiswa yang lain untuk segera menunaikan panggilan Tuhan.
Dengan demikian kita tidak termasuk kedalam Mahasiswa yang merugi.
Meski begitu, mengajak seseorang kepada kebaikan tidaklah mudah, kadang kita harus menerima sindiran, cacian atau makian.
Ketika mendapatkan perlakuan seperti itu, hal yang mesti dikedepankan adalah rasa sabar dan berlapang dada, sambil mendoakannya.
Bukan kah Muhammad sebagai utusan Allah sudah lebih dulu merasakan pahitnya mengajak kepada kebaikan?
Dialah Muhammad sebagai suri tauladan kita, berupaya untuk mencontoh perilaku dan akhlak beliau, terkhusus ketika mengajak seseorang kepada kebaikan.
Mengapa kita mesti sabar, karena Allah mengatakan dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya aku (Allah) bersama orang-orang yang sabar”.
Beriman, melakukan amal kebaikan, mengajak seseorang kepada kebajikan, serta bersabar, adalah kunci agar kita tidak termasuk Mahasiswa yang jatuh dalam kerugian.
Penulis merupakan Alumni STIBA Makassar