Oleh Ahmad Situju*
MAKASSARBICARA.ID – Dalam sebuah wawancara khusus salah satu media lokal ternama, Danny Pomanto mengaku menjadi kepala daerah dengan Haters (pembenci) terbanyak.
Tingginya Haters Danny tidak terlepas dari sikap dan kebijakannya yang kontroversi.
Jangankan membalas tudingan dan komentar pedas hatersnya, Danny lebih memilih menanggapinya dengan dingin dan elegan.
Walikota dua periode itu menyebut dirinya memiliki haters sebesar 21% di media sosial.
Kendati begitu, Danny memandang haters bukan beban dan penghalang untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan prima untuk warga Makassar.
Bagi Danny, haters adalah cara mencintai yang keliru.
Artinya, sesungguhnya banyak yang mencintai Danny, namun kurangnya distribusi informasi yang diperoleh, menyebabkan rasa cinta berubah menjadi benci.
Kebencian terhadap Danny merupakan rasa ketidaksenangan akibat kegagalan dalam memilah serta mencerna informasi.
Dalam perkembangan teknologi komunikasi modern, saat ini kita sedang berada di masa dimana fenomena banjir informasi menenggelamkan pengguna media sosial.
Ciri utamanya adalah informasi yang beredar menjadi sulit diidentifikasi kebenarannya, sebab setiap orang dengan bebas dan tanpa batas mengakses informasi.
Akibatnya, siapapun akan mengalami kesulitan membedakan informasi yang ‘betul-betul benar’ dan mana informasi yang ‘dibenar-benarkan’ berdasarkan perasaan suka tidak suka.
Saking berbahayanya, jangankan informasi bohong, berita yang pada hakikatnya memuat kebenaran bisa ‘diplesetkan’, sehingga menyebabkan ketegangan persepsi, prasangka negatif, hingga konflik.
Faktanya, Kominfo menemukan sebanyak 425 isu hoax beredar dalam rentang Januari-Maret 2023.
Angka ini meningkat dibanding 2022 dimana terdapat 393 informasi hoax.
Kondisi ini, jelas dapat membentuk opini publik yang ‘keliru’, dan berkontribusi besar pada lahirnya haters.
Tidak utuhnya informasi hingga bergantungnya nilai kebenaran pada perasaan tiap orang, menjadi bumerang terhadap siapa saja, termasuk Danny selaku kepala daerah.
Menariknya, Danny melihat haters sebagai hal positif.
Dalam kacamata Danny, sejahat-jahat haters pasti berguna juga.
Pandangan ini jika dipikir ada benarnya juga.
Jahatnya haters, membuat kesabaran kita menjadi tebal dan ter-asah.
Bagi Danny, kritikan haters memperingatkan kita agar teliti mengambil keputusan.
Satu kalimat Danny yang membekas kuat di ingatan saya.
Haters adalah pemberi jasa koreksi gratis atas kekurangan kita.
Dari sini saya tersadar, mengapa Danny begitu bijak menghadapi hatersnya.
Meski Danny dicela, dihujat, dijatuhkan, dituduh, dihina, bahkan dikriminalisasi, ia tetap tenang.
Danny tetap fokus pada tugasnya sebagai pemimpin ibu kota Sulawesi Selatan.
Jangankan menyerang balik haters, Danny justru menuturkan terima kasih.
Sikap Danny terhadap haters, mengingatkan saya dengan kisah Nabi Muhammad saw dengan Pengemis Buta.
Tiap kali pengemis itu mendengar nama Muhammad, ia merasa muak dan jijik.
Pengemis ini bahkan menuduh nabi sebagai tukang sihir dan pembohong besar.
Meski begitu, nabi sama sekali tidak membenci serta dendam.
Nabi justru menyuapkan makanan setiap pagi kepada pengemis buta tanpa sepengetahuannya.
Saat Nabi meninggal, tidak ada lagi yang menyuap pengemis itu.
Hingga Abu bakar datang dan memberitahunya, bahwa yang menyuapinya selama ini adalah Nabi Muhammad saw, seketika pengemispun tak kuasa menahan tangisnya.
Pengemis itu begitu menyesal dan terus memuji kemuliaan sang nabi, yang meski dibenci namun tetap berlaku baik kepadanya.
Demikian pula dengan Danny. Betapun kita melihat kebijakannya sebagai hal keliru, keputusannya tidak sejalan dengan idealisme kita, ia tetap berusaha melayani dengan maksimal.
Pada akhirnya, haters mendorong Danny menjadi pemimpin yang lebih bijaksana.
Olehnya membencilah sewajarnya saja, sebab hanya yang membencilah, yang dapat menjadi cinta.