Menghidupkan Halte Kota Dunia


Gambar Salah Satu Halte Busway di Kota Makassar / Sumber Foto : TribunTimur

Oleh Akbar*

MAKASSARBICARA.ID-Halte merupakan fasilitas penunjang bagi trasnportasi publik seperti Bus Mamminasata Kota Makassar. Beberapa literatur menjelaskan bahwa kondisi Halte berpengaruh terhadap kuantitas dan persepsi penumpang terhadap pelayanan pemerintah.

Halte Yang Diharapkan

Halte tidak hanya sekadar tempat persinggahan bagi penumpang, tetapi juga sebagai ukuran kualitas pelayanan pemerintah. Hasil penelitian mengatakan bahwa desain fasilitas halte bus memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan penumpang. Misalnya penelitian yang dilakukan pada Bus Trans Metro Deli, Medan dimana 46,4% kepuasan pengguna ditentukan oleh desain fasilitas halte.

Jika berbicara kondisi halte Kota Makassar, misalnya halte di wilayah Perintis Kemerdekaan dan Hertasning, dalam kondisi yang kurang layak. Nampak atap halte bocor, tempat duduk rusak, minim penerangan dan tangga yang sudah mulai patah. Kondisi halte seperti ini disebabkan karena pemerintah masih kurang peduli dengan halte dan beberapa masyarakat merusak dan menyalahgunakan halte. Miris, sebagian masyarakat menjadikan halte sebagai tempat buang air kecil dan media coret-coret. Kondisi ini mencerminkan dua hal, pertama buramnya kualitas pelayanan pemerintah terhadap pengguna transportasi publik dan buruknya perilaku sebagian warga Kota Makassar.

Padahal antusias warga Makassar terhadap transportasi publik cenderung meningkat belakangan ini. Mengutip data Dinas Perhubungan Sulawesi Selatan, sejak Bus Mamminasata beroperasi pada 14-30 November 2021, telah mengangkut 35.163 orang lebih. Dalam sehari, rata-rata penumpang berjumlah 2 ribu orang.
Tidak hanya itu, halte sebagai ruang tunggu seharusnya mampu menawarkan nilai lebih. Jika dibandingkan dengan Halte di Kota Jakarta, maka Kota Makassar jauh tertinggal. Halte Transjakarta dilengkapi dengan mushallah, toilet mini, charger gratis, kios makanan ringan dan yang tak kalah penting fasilitas wifi gratis. Fasilitas yang memadai pada sebuah halte menjadikan penumpang betah dan nyaman.

Halte di Kota Makassar sangat miskin fasilitas. Bahkan bagi penulis halte Makassar menempati predikat ‘Halte Paling Berbahaya’ di jagat raya. Bagaimana tidak, halte Kota Makassar hampir semuanya tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup dan kamera pengawas. Akibatnya, halte menjadi sarang pelaku kriminal dan gagal memberikan rasa aman bagi penggunanya.

Padahal, halte juga bisa disulap menjadi tempat promosi budaya dan kebijakan pemerintah setempat. Halte dapat menjadi ruang multifungsi yang menguntung semua pihak.

Evaluasi Halte Bus Mamminasata

Bus Mamminasata seyogyanya perlu dievaluasi secara berjenjang. Penulis pernah menjelaskan pada tulisan sebelumnya, bahwa kehadiran Bus Mamminasata justru ‘mematikan’ transportasi lain seperti Pete-Pete. Terjadinya konflik horizontal antara Bus dan Pete-Pete harus kita akui sebagai fakta.

Pada 17 Januari 2022 pihak Bus Mamminasata bersitegang dengan Ojol di depan Mall Panakkukang. Bus Mamminasata menjadikan Mall Panakkukang selayaknya ‘Terminal’ mereka sehingga menganggu sumber penghasilan para Ojol Makassar. Selanjutnya, pada 15-16 Februari 2022 Sopir Pete-Pete kembali bersitegang dengan Bus Mamminasata karena tumpang tindihnya trayek. Dua fakta di atas disebabkan karena belum memadainya Halte Bus Mamminasata.

Akibatnya, Bus Mamminasata dalam menurun naikkan penumpang dengan sembarangan. Menurut pantauan penulis, Bus Mamminasata juga menaik turunkan penumpang di lokasi yang terbilang berbahaya seperti di persimpangan, belokan, dan titik-titik yang tidak menggunakan jalur khusus.

Hal ini memberikan kesan buruk bahwa Bus Mamminasata hanya semata-mata mengejar keuntungan dengan memuak penumpang sebanyak mungkin tanpa memikirkan keselamatan penumpang dan pengendara lainnya. Bus Mamminasata yang belum memiliki jalur khusus cukup menganggu arus lalu lintas Kota Makassar, sehingga menambah parah dan sesak kemacetan kota.

Selain itu, desain halte kita juga tidak ‘terintegrasi’ dengan baik antara trotoar, tempat penyebrangan pejalan kaki dan bangunan haltenya. Padahal jika ketiga unsur tadi mampu diintegrasikan maka akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi penumpang dan warga kota, tetapi juga bagi pengusaha transportasi massa dan pemerintah. Hal penting lainnya adalah perlunya menaruh perhatian khusus kepada penumpang disabilitas.

Sehingga Bus Mamminasata dan halte-halte yang ada bisa memberikan pelayanan yang adil dan setara bagi semua warga Kota Makassar. Untuk itu, fasilitas transportasi publik mesti menyediakan jalur, tempat duduk serta pelayanan khusus. Dengan demikian, segala pelayanan publik ramah terhadap siapa saja.

Terakhir, Pemerintah Kota Makassar dan pihak-pihak terkait juga mesti membuka kembali Pedoman Teknis Perekayaasan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Dirjen Perhubungan Darat, agar kehadiran Halte sesuai dengan standar pelayanan umum. Bukan tidak mungkin, pelayanan transportasi publik yang baik akan berhasil membujuk warga Kota Makassar untuk meninggalkan kendaraan pribadi mereka.

Akbar. Mahasiswa Sosiologi UNM/Ketum HMI MPO Cabang Makassar 2021-2022