Polisi dan Pelecehan Gerakan Mahasiswa Makassar


Penulis

*Oleh Sulaiman Saputra

“Orasi itu adalah protes terhadap segala bentuk kebijakan yang merugikan orang banyak, bukan sebagai hiburan untuk kepolisian”

MAKASSARBICARA.ID – Belum lama ini, aktivis di Kota Makassar berhasil dijinakkan kepolisian, dimana pihak Polrestabes Makassar mengadakan Lomba Orasi Kebangsaan yang diikuti kelompok mahasiswa.

Sebagai mahasiswa yang masih sehat, rasa-rasanya perlu menegaskan ulang, bahwa orasi tidak etis diperlombakan, terlebih akhir-akhir ini, polisi menjadi lawan yang merepresif mahasiswa.

Orasi yang lahir dari tuntutan dan upaya perlawanan, jika diperlombakan justru menjadi tontonan lawak, yang menempatkan mahasiswa sebagai badut jalanan. Al hasil, unjuk rasa kehilangan kesakralannya.

Terlebih, unjuk rasa sebagai langkah berisiko seharusnya menjadi penjaga jarak antara mahasiswa dengan iming-iming aparat kepolisian.

poster lomba orasi

Unjuk rasa Aliansi Mahasiswa Universitas Negeri Makassar April kemarin, menelan 4 mahasiswa. Mereka ditangkap dan menjadi korban kekerasan kepolisian.

Walau tindakan brutal kepolisian menjadi konsekuensi bagi gerakan mahasiswa, tidak membuat gerakan mahasiswa bungkam.

Hal tersebut membuktikan, apa yang diperjuangkan gerakan mahasiswa, murni untuk memperbaiki kebijakan menyimpang dan merugikan.

Bagi saya, Lomba Orasi Kebangsaan yang dilaksanakan oleh Kapolrestabes Makassar telah mencederai nilai-nilai gerakan mahasiswa.

Gerakan mahasiswa yang mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kebenaran kini mengalami degradasi makna.

Dulu orasi dimaknai sebagai bentuk kritik perbaikan, kini orasi menjadi alat mencari makan dan kesenangan sesaat.

Lomba Orasi Ilmiah Kapolrestabes Makassar adalah upaya pembungkaman para demonstran, cara mengapresiasi kehadiran mahasiswa yang sungguh keliru.

Namun naasnya, mahasiswa merasa nyaman dan memilih tidur se ranjang.

foto/CNN: Mahasiswa UNM ditangkap tolak UU Ciptaker, 6 April 2023

Maka tidak heran, gerakan mahasiswa sekelas Cipayung Plus Makassar tidak segarang dulu, bahkan tidak terdengar lagi suaranya.

Semoga pelecehan gerakan mahasiswa semacam ini menjadi kasus terakhir.

Bung jangan menghinakan diri demi kesenangan fana.

Penulis merupakan Kader IMM Kota Makassar