Ramadhan Kali Ini, Saya Akan Berubah


Penulis

*Oleh Muhammad Ali

MAKASSARBICARA.ID – Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan seluruh umat muslim.

Ramadhan merupakan bulan yang dirindukan kedatangannya karena bulan terbaik dibandingkan bulan lainnya, bulan yang diturunkan Al-Qur’an di dalamnya. Bulan yang dijadikan sebagai ajang untuk muhasabah diri.

Pertanyaannya apakah bulan ramadhan yang telah lalu menjadikan kita lebih baik, atau malah tidak merubah sedikitpun diri kita ke arah yang lebih baik? Masing-masing dari kita lah yang tahu jawabannya.

Sebelum memasuki bulan tersebut, penulis akan mengajak pembaca untuk sama-sama menyiapkan bekal menuju bulan Ramadhan, agar bulan ramadhan tidak sekadar lewat begitu saja, namun bisa menjadikan diri kita lebih baik lagi dibandingkan tahun sebelumnya.

Persiapan menuju bulan Ramadhan sangat diperlukan untuk menambah kekuatan spiritual dan tenaga kita.

Ketika sampai di bulan Ramadhan kita akan semakin beraktivitas (ibadah), menghabiskan siang dan malamnya dengan ibadah, serta menghantam Al-Qur’an berkali-kali.

Berbeda dengan orang yang tidak mempersiapkan bekal, ia akan lemas, lesu, letih, dan jadi banyak tidurnya.

Sampai saat ini penulis belum menemukan amalan khusus yang ditetapkan oleh syariat baik itu di dalam Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi.

Namun ada beberapa amalan bersifat saran atau rekomendasi yang mesti kita siapkan.

Pertama, kita mesti mempelajari ilmu fikih khususnya yang berkaitan dengan ibadah puasa. Sesuai firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 179, yang artinya:

“Berbekallah kalian, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa”.

Untuk mendapatkan ketaqwaan tidak dengan berleha-leha atau cukup berpangku tangan, kita mesti keluar dari zona nyaman untuk mendapatkan bekal.

Salah satu caranya adalah mempelajari syariat yang berlaku pada bulan Ramadhan, mengetahui apa yang dihalalkan dan yang diharapkan selama berpuasa.

Para salaf terdahulu selalu memprovokasi umat muslim untuk tidak pernah berhenti belajar ilmu pengetahuan serta mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan.

Salah satu nasehat dalam hal ini yang telah Ma’ruf (terkenal) di masyarakat adalah nasehat dari imam Bukhari yang mengatakan dalam shahihnya, “Ilmu dulu sebelum berbicara dan beramal”.

Selain itu ketika seseorang memiliki ilmu dalam suatu bidang ia akan lebih terprovokasi dalam mengamalkan ilmu tersebut.

Seorang ulama mengatakan “Ilmu agama itu selalu membisikkan untuk diamalkan, jika direspon ajakannya ia akan menetap, jika ditinggalkan ia akan pergi”. (Majalah al-Manar At-Ta’lim bil Amal, volume 51, hlm 9).

Yang kedua adalah puasa, salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah sebelum datangnya Ramadhan adalah merutinkan berpuasa.

Bulan Sya’ban adalah bulan diantara Rajab dan Ramadhan sehingga ia menjadi bulan yang mulia, memperbanyak amalan di sya’ban sangat dianjurkan karena di bulan ini seluruh amalan yang telah dikerjakan selama setahun akan diangkat sehingga sangat disarankan untuk memperbanyak ibadah seperti puasa.

Pada bulan ini seluruh amalan diangkat dan kata Rasulullah “Aku sangat senang ketika amalanku diangkat ke oleh malaikat untuk dihadapkan pada Allah, dan aku sedang berpuasa”.

Puasa Sunnah sebelum masuk bulan ramadhan ibaratnya latihan menahan lapar, haus, dan apa saja yang membatalkan puasa.

Setiap kita sangat membutuhkan hal tersebut, karena jika tidak dibiasakan puasa sebelum masuk bulan ramadhan, kita kan tertatih-tatih dalam menjalankan ibadah yang sangat mulia itu.

Yang ketiga, memperbanyak istighfar. Memohon ampun atau maghfirah kepada Allah adalah salah satu ibadah yang kerap kali dilupakan. Padahal setiap hari tentunya kita melakukan perbuatan dosa, akan tetapi apakah kita beristighfar kepada Allah?

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah makhluk yang dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa. Dialah manusia terbaik yang Allah ciptakan di atas muka bumi. Ibadahnya jauh lebih terdepan dibandingkan kita, akan tetapi beliau beristighfar lebih dari 77 kali dalam sehari.

Adakah kita meneladani Rasulullah dalam segi istighfar? Kita adalah manusia biasa yang berlumuran dosa, yang haus akan surga tapi enggan beristighfar karena dosa-dosa.

Jika kita tidak bisa berlomba-lomba dengan orang Sholeh dalam ibadahnya, maka berlomba-lomba lah dengan para pendosa dalam beristighfar.

Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan, dan dengan Iman yang tetap kokoh tertancap dalam hati.

Penulis merupakan Alumnus Stiba Makassar