Salah satu kota metropolitan yang dikenal Masyarakat Indonesia ialah Makassar. Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Yang dihuni berbagai lapisan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berbagai suku bangsa yang mendiami Kepulauan Indonesia, banyak berdatangan ke Kota ini dengan berbagai alasan. Ada yang datang hanya sekedar singggah untuk mencari hiburan, adapula yang menetap. Bisa jadi karena urusan pekerjaan atau sebab lain, misalnya ikut suami, serta masih banyak alasan lain. Sehingga Kota ini cukup plural dengan masyarakatnya yang multikultural.
Sedikit dari paparan diatas menggambarkan jika Makassar merupakan kota modern, tentu dengan berbagai perangkat pemerintahan, infrastruktur kotanya, maupun fasilitas publik yang menyokongnya.
Meski demikian, tak pelak kita dapat menjumpai berbagai persoalan yang timbul ditengah masyarakat bersamaan dengan pertumbuhan kota. Salah satu persoalan yang kemudian menyita perhatian ialah persoalan kesejahteraan masyarakatnya. Bagaimana tidak, tak sedikit warga yang berasal dari luar kota, datang Ke Kota Makassar mencari penghidupan yang layak. Beruntunglah mereka yang menemukan jalannya, sebaliknya tak sedikit yang justru gigit jari.
Rutinitas warga Makassar tak henti-hentinya sepanjang waktu, mulai pagi hingga larut malam, begitupun sebaliknya rutinitas harian selalu menghiasi kota ini.
Tiap harinya setiap warga disibukkan dengan segala aktivitas ataupun segala pekerjaan yang harus diselesaikan. Makassar tergolong Kota yang tak pernah tidur, begitulah kira-kira penilaian sebagian orang melihat kota ini dengan hiruk pikuk aktifitas warganya.
Kesibukan Kota ini tak lantas menyelesaikan segala persoalan yang yang ada. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kondisi warganya yang hanya sibuk dengan rutinitas keseharian. Sehingga, hanya sebagian warga yang terkadang berfikir untuk mengembangkan sektor lainnya. Hal ini berdampak pada kondisi ekonomi warga, serta mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
Walaupun demikian terkadang warga tak memiliki energi yang cukup dalam menyelesaikan persoalan warga tersebut. Mesti ada program inovatif yang pro rakyat dari pemerintah dalam mengentaskan persoalan tersebut.
Atasi Kemiskinan Melalui Badan Usaha Lorong
Salah satu upaya pemerintah Kota Makassar dalam menumbuhkan sektor ekonomi, yakni mencanangkan program ekonomi kerakyatan yang erat kaitannya dengan Koperasi. Program andalan itu bernama Badan Usaha Lorong, dengan komoditi andalannya ialah Cabai.
Program ini tersebar diberbagai lorong yang berada di seluruh Kecamatan yang ada di Kota Makassar. Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengklaim sekitar 700 titik badan usaha lorong yang tersebar di berbagai tempat di Kota Makassar. Bahkan setelah panen cabai dilakukan, hasilnya dapat berkontribusi dalam menekan inflasi dalam Negeri (detik.com).
Hal yang paling penting ialah program ini mampu menekan angka kemiskinan hingga 0, 4 persen dari warga miskin Makassar yang mencapai 286.513 jiwa pada tahun 2016.
Selain itu, hadirnya badan usaha lorong ini, khususnya cabai dapat menyukseskan capaian pertumbuhan ekonomi Kota Makassar dalam angka 7,9 persen. Sehingga menobatkan Kota Makassar sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi nasional (sulselsatu.com).
Tentu itu merupakan pencapaian atas kerjasama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat yang turut andil dalam menyukseskan program tersebut.
Komoditi Lorong Mesti Lebih Variatif
Segala bentuk penghargaan atas capaian tersebut tidaklah menghentikan langkah pemerintah dalam membangun Kota Makassar. Tapi menjadi pendorong pertumbuahan ekonomi, hingga mampu mengentaskan kemiskinan warga.
Pemerintah mestinya mengembangkan komoditi lain yang lebih menguntungkan agar mampu menekan angka kemiskinan. Selain itu, mestinya pemerintah mampu memprogramkan badan usaha lorong ini terdapat jenis komoditi baru. Bukan hanya tanaman yang memiliki nilai jual tinggi, tapi juga mampu dikomsumsi serta menyehatkan bagi warga Makassar.