Selamat datang di Makassar Pak Appi!


 Makassar adalah kota dunia. Masyarakatnya multi etnis dan penuh keberagaman. Selain ibu kota provinsi Sulsel, Makassar juga menjadi pusat perekonomian kawasan timur Indonesia. Kota ini memiliki berbagai makanan khas yang begitu menarik mulai dari pallubasa, coto, pisang epe’ dan lain sebagainya. Maka tak heran jika kota ini memilik magnet tersendiri kepada siapa saja. Termasuk dalam memimpin kota ini.

Pemilihan walikota Makassar tahun 2018 ini menjadi hal yang menarik. Di awal banyak figur yang bermunculan. Namun akhirnya, hanya ditetapkan dua pasang calon yang memenuhi persyaratan KPU yakni pasangan Mohammad Ramdhan Pomanto – Indira Mulyasari dan pasangan Munafri Arifuddin – Rahmatika dewi.

Kita patut bersyukur karena  pertarungan yang akan disajikan adalah head to head. Tentu persaingan ini akan ketat dalam hal  adu gagasan dan adu strategi yang berkualitas. Namun yang tentu selalu kita hindari adalah politik Yang tidak sehat. Salah satunya adalah adalah politik identitas yang fanatik.

Pada pemilihan walikota lalu, bahkan sampai akhir periode kepemimpinan Danny Pomanto. Istilah “pendatang” dari Gorontalo  masih dilekatkan pada dirinya.  Bahkan beberapa insiden insiden sempat berusaha memojokkan karena bukan “Asli” Makassar. Ini tentu sulit dibantah, yang jelasnya danny pomanto telah membawa Makassar mendapatkan berbagai perubahan dan penghargaan bagi kota Makassar. Penghargaan yang diperoleh bukan hanya nasional, tapi juga internasional.

Penantang petahana, Munafri Arifuddin tentu bukan orang baru di publik Makassar. Sukses menjadi CEO Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) melambungkan namanya. Apa lagi prestasi PSM meningkat tajam sampai menjadi kandidat juara. Namun dewi fortuna berkehendak lain, PSM harus puas finish di urutan ketiga. Namun euforia kemenangan – kemenangan PSM dan ditunjang media resmi PSM yang memunculkan wajah dan namanya membuat begitu terkenal. Satu lagi, Munafri Arifuddin ini adalah bagian dari keluarga besar Bosowa. Perusahaan raksasa milik Aksa Mahmud. Bahkan tak tanggung – tanggung, pak Appi menikah dengan putri dari pemilik Bosowa ini. Tentu ini menjadi kekuatan besar dibelakangnya. Modal ini membuatnya bisa memboyong hampir semua partai politik untuk mengusungnya.

Selain kedua nama besar itu, pak Appi, sapaan akrab Munafri Arifuddin ini sepertinya belum terlalu familiar terkait identitas pribadinya. Beberapa waktu lalu, dimedia sosial muncul gambar fotocopy Kartu tanda penduduk (KTP) Munafri Arifuddin. Ada dua hal yang disoroti publik yakni pertama ternyata sampai saat ini pak Appi sama berKTP Jakarta. Kedua, Pak Appi berkelahiran Majene, Sulawesi Barat. Setelah fotocopy KTP, kembali muncul foto surat keterangan pindah domisili ke Makassar. Setidaknya ini mempertegas bahwa Pak Appi juga bukan “Asli” Makassar.

Memang Makassar kota Dunia yang nyaman  untuk semua. Termasuk Siapa pun bisa memimpin kota ini, dalam aturan UU Pilkada juga hanya disyaratkan berkewarganegaraan Indonesia. Sehingga baik Pak Danny yang “asli gorontalo” dan pak Appi yang “asli majene” berhak untuk memimpin kota Makassar ini.

Pertarungan tentu tak lagi keranah identitas kedaerah, karena pilwalkot ini adalah pemilihan pemimpin kota dunia. Satu lagi, semoga proses administrasi pemindahan domisili  pak Appi tidak terjadi kendala, seperti peminjaman lapangan karebosi. Semoga secepatnya menjadi warga Makassar.

Selamat datang di Makassar Pak Appi!!!

 

Penulis: Ahmad Sangkala